Selasa, 10 Februari 2015

JUMLAH FI'LIYAH

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Umat Islam secara umum sangatlah penting untuk berkomunikasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lain. Indonesia sangat kaya dan beragam bahasa yang digunakan dalam berbicara meliputi: bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, Melayu, Bugis, Mandar, dan sebagainnya. Namun sebagai penganut agama Islam sangat penting membaca, mengetahui dan memahami bahasa Arab baik subtansinya dari al-Qur’an, hadis nabi maupun kitab agama lain.
Oleh karena itu, hadirnya bahasa Arab merupakan bahasa yang berbentuk konsonan berbeda dengan bahasa Indonesia yang meliputi konsonan dan vokal. Belajar bahasa Arab dapat memberikan kemaslahatan umat Islam dan memberikan kemudahan dalam memahami ilmu tafsir dan ilmu lain. Sejak abad ke XV Hijriah suatu abad yang diyakini dan diharapkan menjadi awal kebangkitan umat Islam dan seiring dengan disuarakannya kebangkitan Islam itu, kebutuhan akan kemampuan berbahasa Arab semaking dirasakan oleh kaum muslim, khususnya di Indonesia.[1]
1
Salah satu cara praktis dan penting untuk mendalami bahasa Arab adalah melalui Ilmu Nahwu Sharaf (Tata Bahasa Arab) yang didalamnya mempelajari beberapa aspek terpenting seperti isim, fi’liyah, huruf yang membuat manshub, huruf yang membuat majzum dan sebagainya. Setiap yang memahami ilmu ini sangatlah mudah untuk mengenal bahasa Arab baik membaca, memahami, menerjemahkan dan berkomunikasi.
Merujuk dari hal di atas, maka penulis akan menguraikan salah satu topik yaitu jumlah fi’liyah dan yang berkaitan dengannya diantaranya yaitu, fi’il, fa>’il dan na>’ib al-fa>’il, inilah yang akan dibahas dalam makalah ini karna pembahasan ini merupakan salah satu komponen penting untuk mengetahui bahasa Arab.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan sebuah masalah pokok yaitu bagaimana mengetahui jumlah fi’liyah dalam penguasaan bahasa Arab. Merujuk pada masalah pokok di atas, penulis menganggap perlu adanya submasalah yang dijadikan sebagai sentral dalam pembahasan makalah ini yaitu:
1.      Apa pengertian jumlah fi’liyah?
2.      Bagaimana pembagian  fi’liyah dilihat dari waktunya?
3.      Apa pengertian fa>’il dan kaitannya dengan jumlah fi’liyah?
4.      Apa pengertian na>’ib al-fa>’il dan kaitannya dengan jumlah fi’liyah?
C.   Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian jumlah fi’liyah.
2.      Untuk mengetahui pembagian fi’liah dilihat dari waktunya.
3.      Untuk mengetahui pengertian fa>’il dan kaitannya dengan jumlah fi’liyah.
4.      Untuk mengetahui pengertian na>’ib al-fa>’il dan kaitannya dengan jumlah fi’liyah.

















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Jumlah Fi’liyah
Para ulama (pakar) bahasa Arab telah mengemukakan definisi fiil di dalam buku-buku mereka. Meskipun redaksi yang mereka paparkan berbeda satu sama lain, tetapi bisa dikatakan memiliki maksud yang sama. Untuk itu diperlukan ta’rif populer menurut al-Zamakhsyari dalam Azhar Arsyad sebagai berikut: Fi’il adalah perbuatan yang menunjukkan suatu peristiwa atau kelakuan yang disertai masa terjadinya. Peristiwa dan masa yang dikandung fiil merupakan tugas morfologis. Maksudnya, keduanya merupakan bagian arti bentuk fiil[2].
Sebenarnya ciri fi’il dikemukakan oleh Ibnu Malik dalam Azhar Arsyad, sebagi berikut:
1.    Tidak menerima huruf jar, tanwin, nida, dan, alif lam.
2.    Khusus fiil mādi> bisa diakhiri ta d}amir dan ta tanis| sakinah.
3.    Fi’il Mud}āri dan Amr bisa diakhiri dengan nun taukid dan ya muannas mukhatabah.
4.    Fiil Mād}i dan Mud}āri boleh diikuti kata andaian syarat.
5.    Khusus fiil Mud}āri selalu diawali dengan انيت [3]
Jumlah Fi’liyah adalah jumlah yang diawali dengan kalimah fi’il terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku). Fa’il (subjek) adalah isim yang terletak setelah fi’il ma’lum (kata kerja aktif) dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja tersebut. Apabila fa’il berbentuk muannas (feminine), maka fi’il juga harus muannas. Begitu juga apabila berbentuk mus|anna (ganda) ataupun jamak (banyak) maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal)[4].
Atau dalam kata lain jumlah fi’liyyah yaitu jumlah yang dimulai dengan kalimat fi’il, baik fi’il ma>d}i>, fi’il mud}a>ri’, fi’il amr atau fi’il nahy, baik dari fi’il s|ula>s|i> mujarrad, s|ula>s|i mazid, ruba>i mujarrad atau ruba>i mazid. Untuk lebih memahami pengertian jumlah fi’liyyah, perhatikanlah contoh berikut:

ضَرَبَ زَيْدّ كَلْبًا
Artinyanya: zaid telah memukul anjing
Perhatikanlah, jumlah di atas dimulai dengan kalimat fi’il, yaitu ضرب yakni fi’il mād}i  Oleh karena  itu , jumlah di atas disebut jumlah fi’liyyah.

B.  Pembagian Jumlah Fi’liyah Dilihat Dari Segi Waktunya
1.      Fi’il Ma>d}i
مَادَلَّ عَلىَ حَدَثٍ مَضَى وَانْقَضَى
Lafadz yang menunjukkan kejadian ( perbuatan ) yang telah berlalu[5].
Contoh:
كتب      ; Telah menulis                         فتح           ; Telah  membuka
قرأ        ; Telah membaca                     جلس          ; Telah duduk
Pembagian Fi’il Mād}i terbagi kepada dua bagian;
a). Mād}i Ma’lum (bentuk aktif), contoh:
       كتب        ; Telah menulis                فتح           ; Telah membuka
       سأ ل       ; Telah bertanya              شرب         ; Telah minum
       قرأ         ; Telah membaca              فهم           ; Telah faham
b). Mād}i Majhul (bentuk Pasif), contoh:
       كُتِبَ       ; Telah ditulis                   فتح          ; Telah dibuka
       سءل     ; Telah ditanya                شرب        ; Telah diminum
       قرأ         ; Telah dibaca                   فهم          ; Telah difaham

KETERANGAN
Perbedaan bentuk keduanya yaitu;
1). Mād}i Ma’lum adalah fi’il yang berawalan fathah.
2). Mād}i Majhul adalah fi’il yang berawalan d}ammah sedang huruf sebelum akhirnya berbaris kasrah
3). Fi’il Ma>d}i Ma’lum hendaklah diterjemahkan  telah me…”, sedangkan fi’il Mād}i Majhul hendaklah diterjemahkan “telah di…”[6]
           Adakalanya kata kerja lampau paling sedikit terdiri dari tiga huruf dan paling banyak terdiri dari enam huruf[7].
a.       Kata kerja lampau yang terdiri dari tiga huruf, Pola-polanya adalah:[8]
فَعَلَ                  كفر              نصر         ضرب
فَعِلَ                  علم              شهد             فهم
فَعُلَ                  بعد               كرم            حرم
b.      Kata kerja lampau yang terdiri dari empat huruf, Pola-polanya adalah:
                   فَعَّلَ                    سلم                   علم                 نزل
                   أَفْعَلَ                   أنزل                   أسلم               أرسل
فَاعَلَ                                      قا تل               خا صم               سا فر
c.       Kata kerja lampau yang terdiri dari lima huruf, Pola-polanya adalah:
                   انْفَعَلَ                    انقطع              انطلق                   انقلب
اِفْتَعَلَ                                       اجتنب             اجتمع                   اقترب
                   نَفَعَّلَ                          تقدم           تأ خر                   تعلم 
                   تَفَا عَلَ                  تجا هل          تسا هل                  تسا قط
d.      Kata kerja lampau yang terdiri dari enam huruf, Pola-polanya adalah:[9]
اِسْتَفْعَلَ                     استخرج                استغفر               استحوذ

2.      Fi’il Mud}a>ri’
مَادَلَّ عَلَى حَدَثٍ يَقْبَلُ الْحَالَ وَالْإِسْتِقْبَالَ
“Lafadz yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung dan yang akan datang”, contoh;
يكتب  ; Akan  /Sedang menulis
يفتح   ; Akan / Sedang embuka
يجلس     ; Akan / Sedang duduk
يشرب    ; Akan / Sedang minum
Tanda-tanda Fi’il Mudhāri
Fi’il Mud}a>ri’ pasti di awali oleh salah satu huruf di bawah ini, yaitu;
ا  -   ن   -  ي  -  ت dan disingkat;  اَنَبْتُ yang biasa disebut huruf Mud}a>ra’ah, contoh:
أَكْتُبُ    -    نَكْتُبُ    -    يَكْتُبُ    -    تَكْتُبُ
Pembagian Fi’il Mud}āri
Fi’il Mudhāri terbagi kepada dua bagian:
a.       Fi’il Mud}āri Ma’lum (bentuk aktif), contoh:
يكتب                   ; Akan / Sedang menulis
يفتح                     ; Akan / Sedang membuka
ينظر                   ; Akan / Sedang melihat
يظلم                    ; Akan / Sedang zhalim
b.      Fi’il Mud}āri Majhul (bentuk fasif), contoh:
يكتب                  ; Akan / Sedang ditulis
يفتح                   ; Akan / Sedang dibuka
ينظر                  ; Akan / Sedang dilihat
يظلم                   ; Akan / Sedang dizhalim

KETERANGAN:
Perbedaan Mud}āri Ma’lum dan Mud}āri Majhul ialah;
a.       Huruf Mud}a>ra’ah dalam Mud}āri Ma’lum hendaklah berbaris fathah. Sedangkan dalam Mud}āri Majhul hendaklah berbaris D}ammah, sementara huruf sebelum akhirnya berbaris fathah. (Lihat contoh di atas)
b.      Fi’il Mud}āri Ma’lum hendaklah diterjemahkan akan/Sedang Me….”, sedangkan fi’il Mud}āri Majhul hendaklah diterjemahkan “akan / /sedang di…”[10].
Atau dalam buku Abu Hamzah Yusuf al-As|ary menerangkan bahwa Fi’il Mud}āri adalah kata kerja yang menunjukkan waktu sekarang dan yang akan datang. Fi’il Mud}āri merupakan perubahan dari Fi;il Mād}i adapun perubahanya yang harus dihapal dan adapula yang harus diketahui dengan melihat kamus.
Ciri-ciri Fi;il Mud}āri;
a.       Biasa di masuki huruf (سَ) dan سَوْفَ  contoh  سَوْفَيَشْهَدُ,سَيَشْهَدُ   
b.      Memiliki ciri huruf yang menjadi ciri khasnya yaitu Alif, Nun, Ya, dan Ta (أنت)
ا                         أذهب
ن                       نذهب
ي                       يذهبون           يذهبا ن             يذهب
ت                       تذهبين            تذهبين              تذهب

c.       Fi’il Mud}āri dapat dimasuki huruf   لا bermakna tidak contoh;
لاَيَشْهَدُ                   لاَيَظْرِبُ                لاَيَاْكُلُ
3.      الفعل الأمر (Fi’il Amr)
Fi’il Amr adalah kata keja dalam bentuk perintah, contoh;
اكتب      ; Tulislah                                  افتح       ; Bukalah
اقرأ        ; Bacalah                                 اجلس      ; Duduklah
Rincian Fi’il Amr
            افعلوا                                          افعلا                                          افعل
     Lakukanlah                             Lakukanlah                                         Lakukanlah
       Oleh kamu                               Olehmu                                  Olehmu (L)
      Sekalian (L)                            Berdua (L)
            افعلن                                          افعلا                                          افعلي
     Lakukanlah                             Lakukanlah                                         Lakukanlah
      Oleh kamu                  Olehmu                                    Olehmu (P)
      Sekalian (P)                Berdua (P)
            Dari uraian di atas, penulis merincikan contoh-contoh ketiga Fi’il (فعل) itu adalah sebagai berikut;

معنا ه
فعل أمر
فعل مظا رع
فعل ما ض
Menulis
اكتب
يكتب
كتب
Mengajar
علم
يعلم
علم
Memuliakan
أكرم
يكرم
أكرم
Berpindah
انتقل
ينتقل
انتقل
Meminta ampun
استغفر
يستغفر
استغفر

فعل dapat diketahui, antara lain, dengan tanda-tanda dimasuki atau didahului oleh قد , س , dan سوف , disamping dapat diketahui dari maknanya[11]. Disamping pengertian di atas, Fi’il Amr mempunyai arti sebagai kata kerja perintah untuk orang ke-2 laki-laki / orang ke-2 perempuan.
Langkah-langkah membentuk Fi’il Amr
a.       Dari Fi’il mud}āri
b.      Dibuang ya mud}a>ri-nya (yaitu yang di awal fi’il mud}āri)
c.       Huruf akhirnya disukun
d.      Apabila setelah dibuang ya mud}āri-nya ternyata huruf awalnya (_ْ_) maka ditambah dengan Hamzah Wasal ( ا ) yang berkasrah yang tidak perlu ditulis harakat kasrahnya.
Contoh;
اذْهَبْ                                         
                        (Contoh yang benar)                                                       
يَذْهَبُ                                 ذْهَبُ                              ذْهَبْ                          اْذهَبْ
1
4
3
2
 
          Gambar di atas merupakan langkah-langkah menbuat fi’il Amr[12]
Kesimpulan Pembagian Fi’il

فِعْل
 

                               أَمْرِ                      مُضَا رِعِ                  مَا ضِ

              أَفْعَا لُ اْلحَمْسَةِ                          مُعْتَلُ اْأَخِرِ                         صَحِيْحُ اْلأَ
C.   Contoh-contoh jumlah fi’liyah
1.     Jumlah Fi’liyah yang dimulai dengan kata kerja bentuk lampau (fiil madi)

       جَعَلَتْ هذِهِ الْوَسَائِلُ الْعَالَمَ قَرْيَةً صَغِيْرَةً
       قَدْ تَقَدَّمَتْ وَسَائِلُ السَّفَرِ
       ذَهَبَ التِّلْمِيْذَانِ إِلَى الْمَدْرَسَةِ
       صَلَّى الْمُسْلِمُوْنَ فِى الْمَسْجِدِ جَمَاعَةً

2. Jumlah Fi’liyah yang dimulai dengan kata kerja bentuk sekarang (fiil mudhari’)

       يُشَاهِدُ الرُّكَّابُ الْمَنَاظِرَ الْجَمِيْلَةَ مِنْ خَلاَلِ النَّافِذَةِ
       يَسْتَخْدِمُ النَّاسُ الْحَيَوَانَاتِ فِى نَقْلِ بَضَائِعِهِمْ
       سَيُغَادِرُ الْقِطَارُ الْأَوَّلُ الْمَحَطَّةَ بَعْدَ السَّاعَةِ وَالنِّصْفِ
       يُرِيْدُ الْمُسَافِرُ اَنْ يَرْكَبَ الْقِطَارَ
       يَكْتُبُ التَّلاَمِيْذُ الدَّرْسَ

3.  Jumlah Fi’liyah yang dimulai dengan kata kerja perintah (fiil amr)

       اِحْتَرِمْ وَالِدَكَ
       شَاهِدُوْا أَيُّهَا الرُّكَّابُ الْمَنَاظِرَ مِنْ خِلاَلِ النَّافِذَةِ
       قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا
       اِذْهَبَا أَيُّهَا التِّلْمِيْذَانِ إِلَى الْمَدْرَسَةِ صَبَاحًا

Karakteristik Jumlah Fi’liyah:
1. Dalam Jumlah Fi'liyah, fa'il (subjek) terletak setelah fiil (kata kerja).
2. Kadang subjek jumlah fi’liyah jelas (zahir), kadang tersembunyi (mudmar). Mudmar kadang-kadang wajib, kadang-kadang jaiz (boleh).

       أَرْكَبُ السَّيَّارَةَ إِلَى الْمَدْرَسَةِ
       تُسَافِرُ إِلَى جَاكَرْتَا بِالطَّائِرَةِ
       اِذْهَبْ إِلَى الْمَسْجِدِ
       يَشْتَرِى الْمُسَافِرُ تَذْكِرَةً إِلَى سُرَابَايَا ثُمَّ يَرْكَبُ الْقِطَارَ

            3. Jumlah Fi’liyah dengan pelaku orang ketiga (gaib), kata kerjanya tetap tunggal walaupun pelakunya lebih dari satu.

       ذَهَبَ التِّلْمِيْذَانِ إِلَى الْمَدْرَسَةِ
       صَلَّى الْمُسْلِمُوْنَ فِى الْمَسْجِدِ جَمَاعَةً
       يُشَاهِدُ الرُّكَّابُ الْمَنَاظِرَ الْجَمِيْلَةَ مِنْ خَلاَلِ النَّافِذَةِ
       يَكْتُبُ التِّلْمِيْذَانِ الدَّرْسَ
       تَعَلَّمَتْ اَلطَّالِبَاتُ فِى الْفَصْلِ
       اِحْتَرَمَتْ اَلنِّسَاءُ زَوْجَهُنَّ

D.Pengertian Fa>’il
Pengertian fa>’il (subjek) adalah isim yang menunjukkan orang yang mengerjakan suatu pekerjaan dan kedudukannya dalam I’rab adalah marfu’. Sedangkan menurut Ibnu Aajurum didalam bab al-fa>’il mengartikan fa>’il menurut istilah adalah isim marfu’ yang fi’ilnya disebutkan sebelumnya.[13] Di antara kaidah fa>’il, sebagai berikut:
1.      Fa>’il bisa terdiri dari ism yang mu’rab, ism yang mabni, atau masdar muawwal. Contoh:
تبارك الله
آمنت بالله
فازالذي اجتهد
يجوز أن يتزوج
2.      Ism fa>’il itu marfu’ atau fi mahalli rofa’, apabila dimasuki oleh huruf jar. Contoh:
قد أفلح المؤمنون
كفى بالله شهيدا
ما جاء من أحد
E.   Pengertian Na>ib al-fa>’il
Na>’ib al-fa>’il ialah Isim marfu’ yang tidak disebutkan fa’ilnya. Dalam suatu jumlah (kalimat) seharusnya membutuhkan fi’il (predikat), fa’il (subjek) dan maf’ul bih (objek). Akan tetapi, dalam pembahasan ini, kita hanya menggunakan fi’il (predikat) dan naibul fa’il (pengganti fa’il). Maka jumlah (kalimat) aktif yang memenuhi tiga syarat diatas diubah menjadi jumlah (kalimat) pasif yang tidak disebutkan fa’ilnya. Adapun fi’il (subjek) yang digunakan dalam jumlah (kalimat) pasif adalah fi’il majhul dan kaidahnya sebagai berikut:
فـإن كان الفعل ماضيا ضم أوله وكسر ما قبل آخره وإن كان مضارعا ضم أوله وفتح ما قبل آخره
Jika fi’il mad}i maka huruf yang pertamanya did}ammahkan dan huruf sebelum akhirnya dikasrahkan. Adapun untuk fi’il mud}ari’ maka huruf yang pertama did}ammahkan dan difathahkan hurufnya sebelum akhirnya.
Contoh dari fi’il mad}i yang didhammahkan huruf pertamanya dan dikasrahkan huruf sebelum akhirnya adalah
فُتِح الباب
قُتِل الكافرون
قُرِأت الرسالة
كُتِبت الرسائل
Jika suatu fi’il didahului dengan ta’ maka huruf yang kedua did}ammahkan seperti halnya ta’. Misalnya:
تسلمت سعاد الجائزة   :  تُسُلِّمت الجائزةُ
Jika huruf sebelum akhir adalah alif maka alif tersebut diubah menjadi ya’ dan huruf sebelum ya’ tersebut dikasrahkan. Misalnya:
قال محمد الحق        :  قِيل الحقّ
Kemudian contoh fi’il mud}ari’ yang huruf pertamanya did}ammahkan dan huruf yang sebelum akhir difathahkan adalah:
يفتح محمد الباب            :   يُفتَح الباب
يقتل المسلمون الكافرين    :   يُقتَل الكافرون
تقرأ عائشة الرسالة         :   تُقرَأ الرسالة
يكتب محمد الرسائل        :   تُكتَب الرسائل
Jika huruf sebelum akhirnya adalah huruf ya’ atau wawu maka huruf tersebut diubah menjadi alif. Misalnya:
يبيع الفلاح القطن           :   يبَاع القطن
يصوم المسلمون رمضان     :   يصَام رمضان

















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan berdasarka rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Fiil adalah (kata) yang menunjukkan suatu peristiwa atau kelakuan yang disertai masa terjadinya. Peristiwa dan masa yang dikandung fiil merupakan tugas morfologis. Maksudnya, keduanya merupakan bagian arti bentuk fiil. Sedangkan Jumlah Fi’liyah adalah jumlah yang diawali dengan kalimah fi’il terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku). Fa’il/subjek adalah isim yang terletak setelah fi’il ma’lum (kata kerja aktif) dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja tersebut.
2.      fa>’il (subjek) adalah isim yang menunjukkan orang yang mengerjakan suatu pekerjaan dan kedudukannya dalam I’rab adalah marfu’.
3.      Na>’ib al-fa>’il ialah Isim marfu’ yang tidak disebutkan fa’ilnya.

B. Saran
1.      Diharapkan mahasiswa mengetahui secara teoritis tentang jumlah Fi’liyyah dan mampu menerapkan dikalangan masyarakat
2.      Sehubungan minimnya refrensi bahasa arab, maka penulis mengharapkan adanya penambahan buku-buku bahasa arab khususnya yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.


















DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Moch. Ilmu Nahwu. Cet. V; Bandung : Sinar Baru, 1992.
Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajaranya. Cet. I; Makassar: Pustaka Pelajar, 2003. 

A.zakaria.  Ilmu Nahwu Praktis Sistem belajar 40 Jam. Cet. I; Terogong Garut: Ibn Aska Press, 2004.

Fahmi, Ah.Akrom. Ilmu Nahwu dan Sharaf 3 (Tata Bahasa Arab Praktis dan Aplikatif). Ed. I, Cet. I; Jakarta: PT RajaGrafindo, 1999.

My.opera.com/..Jumlah-Filiyah. downlod senin, 10 Oktober 2011.
Saifulloh, Al Aziz Senali Muhammad. Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu. PT. Terbit Terang, Surabaya: 2005.

Thib Raya, Ahmad, Mulia Musdah. Pangkal Penguasaan Bahasa Arab. Cet. III; Ujungpandang: Paradotama Wiragemilang, 1999 .

Yusuf, Abu Hamzah. Pengantar Mudah Belajar Bahasa Arab. Cet. I; Bandung: Pustaka adhwa, 2007 .






                                                                   




[1]Muhammad SaifullohAl Aziz senali, Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu, (PT. Terbit Terang Surabaya, 2005), h. 3.
[2]Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajaranya, (Cet. I; Pustaka Pelajar Makassar, 2003), h. 96. 
[3]Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajaranya, h. 97.
[4]My.opera.com/..Jumlah-Filiyah. downlod rabu, 3 Desember 2014.
[5]Moch. Anwar, Ilmu Nahwu. (Cet. V; Bandung : Sinar Baru, 1992), h. 55.
[6]A.zakaria,  Ilmu Nahwu Praktis Sistem belajar 40 Jam, (Cet. I; Terogong Garut: Ibn Aska Press, 2004 ), h. 49-50.
[7]Abu Hamzah Yusuf, Pengantar Mudah Belajar Bahasa Arab, (Cet. I; Bandung: Pustaka adhwa, 2007 ), h. 37.
[8]Abu Hamzah Yusuf, Pengantar Mudah Belajar Bahasa Arab, h, 37
[9]Abu Hamzah Yusuf, Pengantar Mudah Belajar Bahasa Arab, h. 38.
[10]A. Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem belajar 40 Jam, h. 52-53. ­
[11]Ahmad Thib Raya, dan Musdah Mulia, Pangkal Penguasaan Bahasa Arab, (Cet. III; Ujungpandang: Paradotama Wiragemilang, 1999 ), h. 42-43. 
[12]Abu Hamzah Yusuf, Pengantar Mudah Belajar Bahasa Arab., h. 43.
[13] My.opera.com/..Jumlah-Filiyah. downlod rabu, 3 Desember 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar