BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Umat
Islam secara umum sangatlah penting untuk berkomunikasi dan berinteraksi antara
satu dengan yang lain. Indonesia sangat kaya dan beragam bahasa yang digunakan
dalam berbicara meliputi: bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris,
Melayu, Bugis, Mandar, dan sebagainnya. Namun sebagai penganut agama Islam
sangat penting membaca, mengetahui dan memahami bahasa Arab baik subtansinya
dari al-Qur’an, hadis nabi maupun kitab agama lain.
Oleh
karena itu, hadirnya bahasa Arab merupakan bahasa yang berbentuk konsonan
berbeda dengan bahasa Indonesia yang meliputi konsonan dan vokal. Belajar
bahasa Arab dapat memberikan kemaslahatan umat Islam dan memberikan kemudahan
dalam memahami ilmu tafsir dan ilmu lain. Sejak abad ke XV Hijriah suatu abad
yang diyakini dan diharapkan menjadi awal kebangkitan umat Islam dan seiring
dengan disuarakannya kebangkitan Islam itu, kebutuhan akan kemampuan berbahasa Arab
semaking dirasakan oleh kaum muslim, khususnya di Indonesia.[1]
1
|
Merujuk
dari hal di atas, maka penulis akan menguraikan salah satu topik yaitu
jumlah fi’liyah dan yang berkaitan dengannya diantaranya yaitu, fi’il,
fa>’il dan na>’ib al-fa>’il, inilah yang akan dibahas
dalam makalah ini karna pembahasan ini merupakan salah satu komponen penting
untuk mengetahui bahasa Arab.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan sebuah masalah pokok yaitu
bagaimana mengetahui jumlah fi’liyah dalam penguasaan bahasa Arab.
Merujuk pada masalah pokok di atas, penulis menganggap perlu adanya submasalah
yang dijadikan sebagai sentral dalam pembahasan makalah ini yaitu:
1.
Apa pengertian jumlah fi’liyah?
2.
Bagaimana
pembagian fi’liyah dilihat dari waktunya?
3.
Apa
pengertian fa>’il dan kaitannya dengan jumlah fi’liyah?
4.
Apa
pengertian na>’ib al-fa>’il dan kaitannya dengan jumlah
fi’liyah?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian jumlah fi’liyah.
2. Untuk mengetahui pembagian fi’liah dilihat dari
waktunya.
3. Untuk mengetahui pengertian fa>’il dan
kaitannya dengan jumlah fi’liyah.
4. Untuk mengetahui pengertian na>’ib al-fa>’il
dan kaitannya dengan jumlah fi’liyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Jumlah Fi’liyah
Para
ulama (pakar) bahasa Arab telah mengemukakan definisi fi’il di
dalam buku-buku mereka. Meskipun redaksi yang mereka paparkan berbeda satu sama
lain, tetapi bisa dikatakan memiliki maksud yang sama. Untuk itu diperlukan ta’rif
populer menurut al-Zamakhsyari dalam Azhar Arsyad sebagai
berikut: Fi’il adalah perbuatan yang menunjukkan suatu peristiwa atau
kelakuan yang disertai masa terjadinya. Peristiwa dan masa yang dikandung fi’il
merupakan tugas morfologis. Maksudnya, keduanya merupakan bagian arti
bentuk fi’il[2].
Sebenarnya
ciri fi’il dikemukakan oleh Ibnu Malik dalam Azhar Arsyad, sebagi
berikut:
1.
Tidak
menerima huruf jar, tanwin, nida, dan, alif lam.
2.
Khusus fiil
mādi> bisa
diakhiri ta d}amir dan ta
ta’nis| sakinah.
3.
Fi’il Mud}āri dan Amr
bisa diakhiri dengan nun taukid dan ya muannas mukhatabah.
4.
Fiil Mād}i dan Mud}āri boleh
diikuti kata andaian syarat.
Jumlah Fi’liyah
adalah jumlah yang diawali dengan kalimah fi’il terdiri dari fi’il
(kata kerja) dan fa’il (pelaku). Fa’il (subjek) adalah isim yang
terletak setelah fi’il ma’lum (kata kerja aktif) dan berfungsi
sebagai pelaku kata kerja tersebut. Apabila fa’il berbentuk muannas
(feminine), maka fi’il juga harus muannas. Begitu juga
apabila berbentuk mus|anna (ganda)
ataupun jamak (banyak) maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal)[4].
Atau dalam kata lain jumlah fi’liyyah
yaitu jumlah yang dimulai dengan kalimat fi’il, baik fi’il ma>d}i>, fi’il mud}a>ri’, fi’il amr atau fi’il
nahy, baik
dari fi’il s|ula>s|i> mujarrad, s|ula>s|i mazid, ruba>’i mujarrad atau ruba>’i mazid. Untuk
lebih memahami pengertian jumlah fi’liyyah, perhatikanlah contoh
berikut:
ضَرَبَ زَيْدّ كَلْبًا
Artinyanya:
zaid telah memukul anjing
Perhatikanlah,
jumlah di atas dimulai dengan kalimat fi’il, yaitu ضرب yakni fi’il
mād}i Oleh
karena itu , jumlah di atas
disebut jumlah fi’liyyah.
B. Pembagian
Jumlah Fi’liyah Dilihat Dari Segi Waktunya
1.
Fi’il
Ma>d}i
مَادَلَّ عَلىَ حَدَثٍ مَضَى وَانْقَضَى
Lafadz yang menunjukkan kejadian ( perbuatan ) yang
telah berlalu[5].
Contoh:
كتب ; Telah menulis فتح ; Telah membuka
قرأ ; Telah membaca جلس
; Telah duduk
Pembagian Fi’il Mād}i terbagi kepada dua bagian;
a). Mād}i Ma’lum (bentuk
aktif), contoh:
كتب ; Telah menulis فتح ; Telah membuka
سأ ل ; Telah bertanya شرب ; Telah minum
قرأ ; Telah membaca فهم ; Telah faham
b). Mād}i Majhul (bentuk
Pasif), contoh:
كُتِبَ ; Telah ditulis فتح ; Telah dibuka
سءل ; Telah ditanya شرب ; Telah diminum
قرأ ; Telah dibaca فهم ; Telah difaham
KETERANGAN
Perbedaan bentuk keduanya yaitu;
1). Mād}i Ma’lum adalah fi’il yang berawalan fathah.
2). Mād}i Majhul adalah
fi’il yang berawalan d}ammah sedang huruf sebelum akhirnya berbaris
kasrah
3). Fi’il Ma>d}i Ma’lum hendaklah
diterjemahkan “telah me…”, sedangkan
fi’il Mād}i Majhul hendaklah
diterjemahkan “telah di…”[6]
Adakalanya
kata kerja lampau paling sedikit terdiri dari tiga huruf dan paling banyak
terdiri dari enam huruf[7].
a. Kata kerja lampau yang terdiri dari tiga huruf,
Pola-polanya adalah:[8]
فَعَلَ كفر نصر ضرب
فَعِلَ علم شهد فهم
فَعُلَ بعد كرم حرم
b. Kata kerja lampau yang terdiri dari empat huruf,
Pola-polanya adalah:
فَعَّلَ سلم علم نزل
أَفْعَلَ أنزل أسلم أرسل
فَاعَلَ
قا تل خا صم سا فر
c. Kata kerja lampau yang terdiri dari lima huruf,
Pola-polanya adalah:
انْفَعَلَ انقطع انطلق انقلب
اِفْتَعَلَ
اجتنب اجتمع اقترب
نَفَعَّلَ تقدم تأ
خر تعلم
تَفَا
عَلَ تجا هل تسا هل تسا
قط
d. Kata kerja lampau yang terdiri dari enam huruf,
Pola-polanya adalah:[9]
اِسْتَفْعَلَ استخرج استغفر استحوذ
2.
Fi’il
Mud}a>ri’
مَادَلَّ
عَلَى حَدَثٍ يَقْبَلُ الْحَالَ وَالْإِسْتِقْبَالَ
“Lafadz yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang sedang
berlangsung dan yang akan datang”, contoh;
يكتب
; Akan /Sedang menulis
يفتح
; Akan / Sedang embuka
يجلس ; Akan /
Sedang duduk
يشرب ; Akan /
Sedang minum
Tanda-tanda Fi’il Mudhāri
Fi’il Mud}a>ri’
pasti di awali oleh salah satu huruf di bawah ini, yaitu;
ا - ن - ي
- ت dan
disingkat; اَنَبْتُ yang biasa disebut huruf Mud}a>ra’ah,
contoh:
أَكْتُبُ
- نَكْتُبُ -
يَكْتُبُ - تَكْتُبُ
Pembagian Fi’il Mud}āri
Fi’il Mudhāri terbagi kepada dua bagian:
a. Fi’il Mud}āri Ma’lum (bentuk aktif), contoh:
يكتب ; Akan / Sedang menulis
يفتح ; Akan / Sedang membuka
ينظر ; Akan / Sedang melihat
يظلم ; Akan / Sedang zhalim
b. Fi’il Mud}āri Majhul (bentuk fasif), contoh:
يكتب ; Akan / Sedang ditulis
يفتح ; Akan / Sedang dibuka
ينظر ; Akan / Sedang dilihat
يظلم ; Akan / Sedang dizhalim
KETERANGAN:
Perbedaan Mud}āri Ma’lum dan Mud}āri Majhul ialah;
a.
Huruf
Mud}a>ra’ah dalam Mud}āri Ma’lum hendaklah berbaris fathah. Sedangkan
dalam Mud}āri Majhul
hendaklah berbaris D}ammah, sementara huruf sebelum akhirnya berbaris fathah.
(Lihat contoh di atas)
b.
Fi’il
Mud}āri Ma’lum
hendaklah diterjemahkan akan/Sedang Me….”, sedangkan fi’il Mud}āri Majhul hendaklah diterjemahkan “akan / /sedang di…”[10].
Atau dalam buku Abu Hamzah Yusuf al-As|ary menerangkan
bahwa Fi’il Mud}āri adalah
kata kerja yang menunjukkan waktu sekarang dan yang akan datang. Fi’il Mud}āri merupakan perubahan dari Fi;il Mād}i adapun perubahanya yang harus dihapal dan adapula
yang harus diketahui dengan melihat kamus.
Ciri-ciri Fi;il Mud}āri;
a.
Biasa
di masuki huruf (سَ) dan سَوْفَ contoh سَوْفَيَشْهَدُ,سَيَشْهَدُ
b.
Memiliki
ciri huruf yang menjadi ciri khasnya yaitu Alif, Nun, Ya, dan Ta (أنت)
ا أذهب
ن نذهب
ي يذهبون يذهبا ن يذهب
ت تذهبين تذهبين تذهب
c.
Fi’il
Mud}āri dapat
dimasuki huruf لا bermakna tidak contoh;
لاَيَشْهَدُ لاَيَظْرِبُ لاَيَاْكُلُ
3.
الفعل الأمر (Fi’il Amr)
Fi’il
Amr adalah kata keja dalam bentuk perintah, contoh;
اكتب ; Tulislah افتح ; Bukalah
اقرأ ; Bacalah اجلس ; Duduklah
Rincian
Fi’il Amr
افعلوا افعلا افعل
Lakukanlah Lakukanlah Lakukanlah
Oleh kamu
Olehmu Olehmu (L)
Sekalian (L)
Berdua (L)
افعلن افعلا افعلي
Lakukanlah Lakukanlah Lakukanlah
Oleh kamu Olehmu Olehmu (P)
Sekalian (P) Berdua (P)
Dari uraian di atas, penulis merincikan contoh-contoh
ketiga Fi’il (فعل) itu adalah sebagai berikut;
معنا ه
|
فعل أمر
|
فعل مظا رع
|
فعل ما ض
|
Menulis
|
اكتب
|
يكتب
|
كتب
|
Mengajar
|
علم
|
يعلم
|
علم
|
Memuliakan
|
أكرم
|
يكرم
|
أكرم
|
Berpindah
|
انتقل
|
ينتقل
|
انتقل
|
Meminta ampun
|
استغفر
|
يستغفر
|
استغفر
|
فعل dapat diketahui, antara
lain, dengan tanda-tanda dimasuki atau didahului oleh قد , س , dan سوف , disamping dapat diketahui dari maknanya[11].
Disamping pengertian di atas, Fi’il Amr mempunyai arti sebagai kata
kerja perintah untuk orang ke-2 laki-laki / orang ke-2 perempuan.
Langkah-langkah membentuk Fi’il Amr
a.
Dari Fi’il
mud}āri
b.
Dibuang
ya mud}a>ri-nya (yaitu yang di awal fi’il mud}āri)
c.
Huruf
akhirnya disukun
d.
Apabila
setelah dibuang ya mud}āri-nya ternyata huruf
awalnya (_ْ_) maka ditambah dengan Hamzah Wasal ( ا ) yang berkasrah yang
tidak perlu ditulis harakat kasrahnya.
Contoh;
اذْهَبْ
(Contoh yang benar)
يَذْهَبُ ذْهَبُ ذْهَبْ اْذهَبْ
1
|
4
|
3
|
2
|
Gambar
di atas merupakan langkah-langkah menbuat fi’il Amr[12]
Kesimpulan Pembagian Fi’il
فِعْل
أَمْرِ
مُضَا رِعِ مَا ضِ
أَفْعَا
لُ اْلحَمْسَةِ مُعْتَلُ
اْأَخِرِ صَحِيْحُ
اْلأَ
C.
Contoh-contoh jumlah fi’liyah
1.
Jumlah
Fi’liyah yang dimulai dengan kata kerja bentuk lampau (fiil madi)
•
جَعَلَتْ هذِهِ الْوَسَائِلُ
الْعَالَمَ قَرْيَةً صَغِيْرَةً
•
قَدْ تَقَدَّمَتْ وَسَائِلُ السَّفَرِ
• ذَهَبَ التِّلْمِيْذَانِ إِلَى الْمَدْرَسَةِ
• صَلَّى الْمُسْلِمُوْنَ فِى الْمَسْجِدِ جَمَاعَةً
2. Jumlah
Fi’liyah yang dimulai dengan kata kerja bentuk sekarang (fiil mudhari’)
•
يُشَاهِدُ الرُّكَّابُ الْمَنَاظِرَ
الْجَمِيْلَةَ مِنْ خَلاَلِ النَّافِذَةِ
•
يَسْتَخْدِمُ النَّاسُ
الْحَيَوَانَاتِ فِى نَقْلِ بَضَائِعِهِمْ
• سَيُغَادِرُ الْقِطَارُ الْأَوَّلُ الْمَحَطَّةَ بَعْدَ
السَّاعَةِ وَالنِّصْفِ
• يُرِيْدُ الْمُسَافِرُ اَنْ يَرْكَبَ الْقِطَارَ
• يَكْتُبُ التَّلاَمِيْذُ الدَّرْسَ
3.
Jumlah
Fi’liyah yang dimulai dengan kata kerja perintah (fi’il
amr)
•
اِحْتَرِمْ وَالِدَكَ
•
شَاهِدُوْا أَيُّهَا الرُّكَّابُ
الْمَنَاظِرَ مِنْ خِلاَلِ النَّافِذَةِ
• قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا
• اِذْهَبَا أَيُّهَا التِّلْمِيْذَانِ إِلَى الْمَدْرَسَةِ صَبَاحًا
Karakteristik
Jumlah Fi’liyah:
1. Dalam
Jumlah Fi'liyah, fa'il (subjek) terletak setelah fi’il (kata kerja).
2. Kadang
subjek jumlah fi’liyah jelas (zahir), kadang tersembunyi (mudmar). Mudmar
kadang-kadang wajib, kadang-kadang jaiz (boleh).
•
أَرْكَبُ السَّيَّارَةَ إِلَى
الْمَدْرَسَةِ
•
تُسَافِرُ إِلَى جَاكَرْتَا
بِالطَّائِرَةِ
• اِذْهَبْ إِلَى الْمَسْجِدِ
• يَشْتَرِى الْمُسَافِرُ تَذْكِرَةً إِلَى سُرَابَايَا ثُمَّ
يَرْكَبُ الْقِطَارَ
3. Jumlah
Fi’liyah dengan pelaku orang ketiga (gaib), kata kerjanya tetap tunggal
walaupun pelakunya lebih dari satu.
•
ذَهَبَ التِّلْمِيْذَانِ إِلَى
الْمَدْرَسَةِ
•
صَلَّى الْمُسْلِمُوْنَ فِى
الْمَسْجِدِ جَمَاعَةً
• يُشَاهِدُ الرُّكَّابُ الْمَنَاظِرَ الْجَمِيْلَةَ مِنْ
خَلاَلِ النَّافِذَةِ
• يَكْتُبُ التِّلْمِيْذَانِ الدَّرْسَ
• تَعَلَّمَتْ اَلطَّالِبَاتُ فِى الْفَصْلِ
• اِحْتَرَمَتْ اَلنِّسَاءُ زَوْجَهُنَّ
D.Pengertian Fa>’il
Pengertian fa>’il
(subjek) adalah isim yang
menunjukkan orang yang mengerjakan suatu pekerjaan dan kedudukannya dalam I’rab
adalah marfu’. Sedangkan menurut Ibnu Aajurum didalam bab al-fa>’il
mengartikan fa>’il menurut istilah adalah isim marfu’ yang fi’ilnya
disebutkan sebelumnya.[13]
Di antara kaidah fa>’il, sebagai berikut:
1. Fa>’il bisa terdiri dari ism yang mu’rab, ism yang
mabni, atau masdar muawwal. Contoh:
تبارك الله
آمنت بالله
فازالذي اجتهد
يجوز أن يتزوج
2. Ism fa>’il itu
marfu’ atau fi mahalli rofa’, apabila dimasuki oleh huruf jar. Contoh:
قد أفلح المؤمنون
كفى بالله شهيدا
ما جاء من أحد
E.
Pengertian Na>ib al-fa>’il
Na>’ib al-fa>’il
ialah Isim
marfu’ yang tidak disebutkan fa’ilnya. Dalam suatu jumlah
(kalimat) seharusnya membutuhkan fi’il (predikat), fa’il (subjek) dan
maf’ul bih (objek). Akan tetapi, dalam pembahasan ini, kita hanya menggunakan fi’il
(predikat) dan naibul fa’il (pengganti fa’il). Maka jumlah
(kalimat) aktif yang memenuhi tiga syarat diatas diubah menjadi jumlah
(kalimat) pasif yang tidak disebutkan fa’ilnya. Adapun fi’il (subjek)
yang digunakan dalam jumlah (kalimat) pasif adalah fi’il majhul
dan kaidahnya sebagai berikut:
فـإن كان الفعل
ماضيا ضم أوله وكسر ما قبل آخره وإن كان مضارعا ضم أوله وفتح ما قبل آخره
Jika fi’il mad}i maka huruf yang
pertamanya did}ammahkan dan huruf sebelum akhirnya dikasrahkan.
Adapun untuk fi’il mud}ari’ maka huruf yang pertama did}ammahkan
dan difathahkan hurufnya sebelum akhirnya.
Contoh dari fi’il mad}i yang didhammahkan
huruf pertamanya dan dikasrahkan huruf sebelum akhirnya adalah
فُتِح الباب
قُتِل الكافرون
قُرِأت الرسالة
كُتِبت الرسائل
Jika suatu fi’il didahului dengan ta’
maka huruf yang kedua did}ammahkan seperti halnya ta’. Misalnya:
تسلمت سعاد
الجائزة : تُسُلِّمت الجائزةُ
Jika huruf sebelum akhir adalah alif
maka alif tersebut diubah menjadi ya’ dan huruf sebelum ya’
tersebut dikasrahkan. Misalnya:
قال محمد
الحق : قِيل الحقّ
Kemudian contoh fi’il mud}ari’ yang
huruf pertamanya did}ammahkan dan huruf yang sebelum akhir difathahkan
adalah:
يفتح محمد
الباب
: يُفتَح الباب
يقتل المسلمون
الكافرين : يُقتَل الكافرون
تقرأ عائشة
الرسالة : تُقرَأ
الرسالة
يكتب محمد
الرسائل : تُكتَب الرسائل
Jika huruf sebelum akhirnya adalah huruf ya’
atau wawu maka huruf tersebut diubah menjadi alif. Misalnya:
يبيع الفلاح
القطن :
يبَاع القطن
يصوم المسلمون
رمضان : يصَام رمضان
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah dipaparkan
di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan berdasarka rumusan masalah sebagai
berikut:
1.
Fi’il adalah
(kata) yang menunjukkan suatu peristiwa atau kelakuan yang disertai masa
terjadinya. Peristiwa dan masa yang dikandung fiil merupakan tugas morfologis.
Maksudnya, keduanya merupakan bagian arti bentuk fiil. Sedangkan Jumlah Fi’liyah
adalah jumlah yang diawali dengan kalimah fi’il terdiri dari fi’il
(kata kerja) dan fa’il (pelaku). Fa’il/subjek adalah isim yang
terletak setelah fi’il ma’lum (kata kerja aktif) dan berfungsi
sebagai pelaku kata kerja tersebut.
2.
fa>’il (subjek) adalah isim yang menunjukkan orang yang
mengerjakan suatu pekerjaan dan kedudukannya dalam I’rab adalah marfu’.
3.
Na>’ib al-fa>’il ialah Isim marfu’ yang tidak disebutkan fa’ilnya.
B.
Saran
1. Diharapkan mahasiswa mengetahui secara teoritis
tentang jumlah Fi’liyyah dan mampu menerapkan dikalangan masyarakat
2. Sehubungan minimnya refrensi bahasa arab, maka penulis
mengharapkan adanya penambahan buku-buku bahasa arab khususnya yang diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar, Moch. Ilmu Nahwu. Cet. V; Bandung :
Sinar Baru, 1992.
Arsyad, Azhar. Bahasa Arab
dan Metode Pengajaranya. Cet. I; Makassar: Pustaka
Pelajar, 2003.
A.zakaria. Ilmu Nahwu Praktis
Sistem belajar 40 Jam. Cet. I; Terogong Garut: Ibn
Aska Press, 2004.
Fahmi, Ah.Akrom. Ilmu
Nahwu dan Sharaf 3 (Tata Bahasa Arab Praktis dan Aplikatif). Ed. I,
Cet. I; Jakarta: PT RajaGrafindo, 1999.
My.opera.com/..Jumlah-Filiyah. downlod senin, 10 Oktober 2011.
Saifulloh, Al Aziz Senali Muhammad. Metode
Pembelajaran Ilmu Nahwu. PT. Terbit Terang, Surabaya: 2005.
Thib Raya,
Ahmad, Mulia Musdah. Pangkal Penguasaan Bahasa Arab. Cet. III; Ujungpandang:
Paradotama Wiragemilang, 1999 .
Yusuf, Abu Hamzah. Pengantar
Mudah Belajar Bahasa Arab. Cet. I; Bandung:
Pustaka adhwa, 2007 .
[1]Muhammad SaifullohAl Aziz
senali, Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu, (PT. Terbit Terang Surabaya,
2005), h. 3.
[2]Azhar Arsyad, Bahasa Arab
dan Metode Pengajaranya, (Cet. I; Pustaka Pelajar Makassar, 2003), h.
96.
[5]Moch.
Anwar, Ilmu Nahwu. (Cet. V; Bandung : Sinar Baru, 1992), h. 55.
[6]A.zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem belajar 40 Jam, (Cet. I; Terogong Garut: Ibn Aska Press, 2004 ), h. 49-50.
[7]Abu Hamzah Yusuf, Pengantar
Mudah Belajar Bahasa Arab, (Cet. I; Bandung: Pustaka adhwa, 2007 ), h. 37.
[8]Abu Hamzah Yusuf, Pengantar
Mudah Belajar Bahasa Arab, h, 37
[11]Ahmad Thib Raya, dan Musdah Mulia, Pangkal
Penguasaan Bahasa Arab, (Cet. III; Ujungpandang:
Paradotama Wiragemilang, 1999 ), h. 42-43.
[12]Abu Hamzah Yusuf, Pengantar
Mudah Belajar Bahasa Arab., h. 43.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar