KENDALA-KENDALA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA PADA
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB DI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PALOPO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Program Studi
Pendidikan
Bahasa Arab Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Palopo
Oleh,
Baiq Raudatussolihah
NIM: 09.16.8.0006
Dibimbing oleh:
1. Dr. H. Syarifuddin
Daud, M.A.
2. Dr. H.M. Zuhri Abu
Nawas, Lc.,M.A.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PALOPO
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah alat komunikasi antara satu pihak
dengan pihak lain, dan antara makhluk yang satu dengan makhluk yang lain.
Komunikasi akan bisa berjalan, sangat ditentukan oleh bahasa yang dipakai.
Jadi, dalam tradisi komunikasi, bahasa telah menjadi media esensial yang tidak
bisa dipisahkan. Bahkan, setiap makhluk hidup, tidak bisa dilepaskan dari
bahasa yang menjadi alat komunikasi mereka.
Bahasa
tidak lain adalah simbol-simbol yang digunakan manusia untuk mengekspresikan
ide-ide, gagasan-gagasan, perasaan, pengalaman dan segala yang ada dalam
dirinya.[1] Bahasa
adalah simbol untuk mengungkapkan diri dan berkomunikasi, karena itu dalam
antropologi, manusia disebut animal symbolicum, yaitu makhluk simbol,
karena dalam kehidupannya, manusia tidak bisa terlepas dari simbol-simbol,
termasuk bahasa.
Sebagaimana Allah berfirman dalam
al-Qur’an sebagai berikut:
ومن
أيته خلق السموت والأرض واختلاف ألسنتكم وألوانكم إن فى ذلك لأيت للعلمين.[2]
Peranan bahasa Arab
sebagai salah satu alat komunikasi dan simbol budaya, keberadaannya dirasakan
semakin penting. Dalam proses pengembangannya, bahasa Arab telah mengalami
kemajuan yang pesat, baik dari segi penyebarannya maupun penggunaannya serta
penyempurnaan metodologi pengajarannya. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa
bahasa Arab dalam fase perkembangannya telah digunakan secara resmi oleh kurang
lebih 20 negara sebagai bahasa resmi dunia internasional untuk berbagai
kepentingan.[3]
Fenomena ini menggugah kesadaran para penguasa, pemerhati bahasa Arab,
terutama masyarakat akademis tentang pentingnya metodologi pengajaran bahasa
Arab mendapat perhatian serius. Kesadaran tersebut akan melahirkan suatu visi
bahasa Arab perlu digalakkan pengajarannya dalam dunia pendidikan, mulai dari
tingkat dasar sampai ke tingkat menengah, baik pada lembaga-lembaga pendidikan
swasta maupun lembaga-lembaga pendidikan negeri.[4]
Menyadari pentingnya bahasa Arab dalam berbagai aspek kehidupan, terutama
dalam konteks kehidupan sosial, politik, keagamaan, maka dalam tataran tertentu
dalam lembaga-lembaga pendidikan dijadikan sebagai bagian pokok dari materi
pembelajaran, misalnya pada pondok-pondok pesantren, madrasah-madrasah yang berada
di bawah binaan Kementrian Agama seperti tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan
Aliyah. Bahkan pada lembaga-lembaga pendidikan umum tertentu bahasa Arab
dijadikan sebagai mata pelajaran program pilihan.
Dewasa ini banyak
problematika pendidikan yang perlu mendapat perhatian serius. Masalah
pendidikan dan pembelajaran merupakan masalah yang cukup kompleks dimana banyak
faktor yang mempengaruhinya. Pada hakekatnya memerlukan kajian ilmiah yang
komprehensif dan mendalam serta didukung oleh data yang valid dan variable
serta melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Palopo adalah satu diantara sekian perguruan tinggi yang
melaksanakan kurikulum Nasional, sebagai kurikulum yang ditetapkan Negara.[5] Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Palopo ini juga merupakan salah satu wujud
ihtiar umat islam dalam mengembangkan dakwah melalui pendidikan. Olehnya, di
dalam kurikulum pelajarannya, banyak dimasukkan pelajaran-pelajaran yang
berkaitan dengan pematangan keberagaman, sebagai usaha memenuhi kebutuhan umat.
Karena dalam memahami Islam erat kaitannya dengan tema-tema berbahasa Arab,
maka bahasa Arab merupakan materi yang diajarkan secara intensif di perguruan
tinggi.
Meski demikian, segala bentuk problematika dalam proses pembelajaran
bahasa Arab, senantiasa ada aral melintang. Dimana mahasiswa Lulusan dari sekolah umum yang menjadi mahasiswa Program Studi Bahasa Arab di STAIN Palopo
disatukan dalam satu kelas dengan lulusan Madrasah Aliyah atau yang dari
pesantren, padahal kemampuan mahasiswa dalam menyerap pelajaran Bahasa Arab
berbeda.
Inilah yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah dalam proses pembelajaran
bahasa Arab pada Program Studi Bahasa Arab di STAIN Palopo. Yang kemudian berakses banyaknya mahasiswa yang gagal dalam menguasai
bahasa Arab, padahal mahasiswa dengan seperangkat kemampuannya, adalah asset
utama umat dalam mengemban tugas kekhalifahan, karenanya kendala-kendala
pembelajaran yang berakibat menghambat mahasiswa dalam belajar bukanlah alasan
untuk mengabaikannya, melainkan patut diadakan telaah ulang sebagai bahan
rujukan mencari langkah solutif, inofatif serta produktif.
Dalam proses pembelajaran dan perbaikan mutu pengajaran bahasa Aab
tersebut telah dilakukan berbagai pendekatan dan persiapan instrumen pendukung,
baik yang bersifat metodologis maupun materi-materi pembelajaran yang diramu di
dalam kurikulum secara apik dan sistematis. Di Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Palopo, menggunakan dua metode pendekatan dalam pengajaran
bahasa Arab, yaitu metode wahdah dan metode furu’. Dalam pengajaran bahasa Arab
sebagai materikulasi, pendekatan yang digunakan adalah matode wahdah atau biasa
disebut dengan pendekatan all in one system. Model pengajaran seperti ini
menyajikan suatu pola pengajaran bahasa dalam satu kesatuan, tidak diajarkan
berpisah-pisah, tetapi diajarkan dalam satu materi pelajaran yang masing-masing
mencakup berbagai sub sistem bahasa Arab yang saling berkaitan. Dengan
demikian, materi-materi nahwu, sharaf, muthala’ah, muhadtsah, insya’, dan
balghah diajarkan dalam satu mata kuliah, yang diajarkan selama 3-4 semester.
Sedangkan pengajaran bahasa Arab pada prodi bahasa Arab khususnya,
menggunakan metode furu’, yaitu pengajaran materi-materi bahasa Arab
seperti nahwu, sharaf, muthala’ah, muhadtsah,
insya’, dan balaghah diajarkan secara terpisah. Meskipun demikian banyak
kendala-kendala yang menghambat keberhasilan mahasiswa dalam belajar bahasa
Arab.
Untuk optimalisasi pengajaran bahasa Arab di perguruan tinggi agama
Islam termasuk dan khususnya di STAIN Palopo, maka dilakukan upaya inovasi
dengan menjelaskan perkembangan dan tuntutan kebutuhan serta penyempurnaan
sarana pendukung dan penciptaan kondisi lingkungan kebahasaan yang kondusif.
Termasuk dalam hal ini adalah upaya-upaya yang mengarah kepada pemantapan
unsur-unsur psikologis mahasiswa terhadap pembelajaran bahasa Arab itu sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut di atas di persepsikan bahwa pengajaran
bahasa Arab yang dilakukan dengan landasan konsepsional yang utuh dapat
menghasilkan out put yang baik sesuai harapan ideal. Akan tetapi kenyataannya
berdasarkan pengamatan sepintas di lapangan ternyata kemampuan bahasa Arab
mahasiswa pada lembaga-lembaga pendidikan di bawah binaan Kementerian Agama,
termasuk di STAIN Palopo masih sangat jauh dari harapan. Hal ini tampak pada
kekurangmampuan mahasiswa dalam beradaptasi dengan materi-materi perkuliahan
yang berbahasa Arab.
Problematika pembelajaran bahasa Arab merupakan suatu hal yang
cukup kompleks, karena di dalamnya tidak hanya terbatas pada persoalan
metodologis, kurikulum, dan instrumen-instrumen pendukung pembelajaran lainnya,
melainkan lebih dari itu juga terkait dengan faktor-faktor psikologis yang
terkait dengan persoalan-persoalan kebahasaan tersebut, membutuhkan waktu dan
kapabilitas yang memadai. Dari uraian di atas tampak bahwa keberhasilan program
pembelajaran bahasa Arab tidak hanya terkait dengan persoalan yang bersifat
teoritis-metodologis, tetapi juga terkait dengan faktor-faktor yang bersifat
non teknis, seperti motivasi, minat, serta faktor-faktor lain yang bersifat
psikologis.
B.
Rumusan dan Batasan Masalah.
Berdasarkan uraian tersebut pada latar belakang masalah di atas,
maka pokok masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana kendala-kendala pengajaran bahasa Arab pada program studi
bahasa Arab di STAIN Palopo?
2.
Bagaimana solusi
yang ditawarkan untuk memecahkan problematika pembelajaran bahasa Arab pada program studi bahasa Arab di STAIN Palopo?
C.
Definisi Judul
Skripsi ini berjudul Kendala-kendala Pembelajaran Bahasa Arab
dan Alternatif Pemecahannya pada Program Studi Pendidikan Bahasa Arab di STAIN
Palopo. Untuk memperjelas pengertian dari judul tersebut, maka berikut ini
penulis akan mengemukakan pengertian frase dan atau klausa pada judul tersebut,
kemudian merumuskan definisi oprasionalnya.
Kendala artinya sesuatu hal yang masih menimbulkan masalah atau
sesuatu yang belum dapat dipecahkan.[7]
والتعليم لغة هولفظ على وزن "تفعيل". ومنه: علم- يعلم -
تعليما، بمعنى عملية ، ووسائل،
وأفعال أو جعل الناس يعلمها.[8] واللغة لغة هي من لغي – يلغى لغى بالأمروقيل فى جمعها لغى ولغات
ولغون بمعنى الكلام المصطلح عليه بين كل قوم و علم اللغة هو معرفة أوضاع المفردات.[9]
أن اللغة هي أصوات يعبربها كل قوم عن أغراضهم.[10]
Dari uraian di atas yang dimaksudkan dengan judul skripsi ini
adalah suatu kajian deskriptif tentang berbagai persoalan-persoalan atau
permasalahan yang menghambat tercapainya proses pembelajaran bahasa Arab di
STAIN Palopo.
D.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Untuk mengidentifikasi dan mendiskripsikan kendala-kendala pengajaran
bahasa Arab pada program studi bahasa Arab di STAIN Palopo
b.
Untuk
mengetahui solusi dalam memecahkan problematika pembelajaran bahasa Arab pada program studi bahasa Arab di STAIN Palopo.
E.
Manfa’at
Penelitian
Adapun manfa’at dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Kegunaan Ilmiah atau kegunaan akademis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan
memberi sumbangan pemikiran guna memperkaya khazanah intelektual Islam dan
dapat memberikan kontribusi pemikiran yang konstruktif dalam menunjang
kesuksesan pengajaran bahasa Arab di STAIN Palopo di masa mendatang.
b.
Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan praktis
dari penelitian ini bahwa penulis sebagai mahasiswa Islam mempunyai rasa
tanggung jawab untuk mengadakan serta memperbaiki berbagai aspek kekurangan
umat sebagai bahan rujukan untuk mengadakan bimbingan dan penyuluhan. Dan bagi
masyarakat pengguna serta pemerhati bahasa Arab.
F.
Sistematika Penelitian atau Garis-garis Besar Isi Skripsi
Skripsi ini akan terdiri dari lima bab, dengan komposisi sebagai
berikut :
Bagian pertama merupakan pendahuluan berisi uraian latar belakang
masalah, rumusan dan batasan masalah, definisi judul, tujuan dan kegunaan
penelitian, dan garis-garis besar isi skripsi.
Bagian kedua merupakan kajian teoritis yang mendiskripsikan
faktor-faktor yang menghambat keberhasilan dalam belajar. Bagian ini memuat
pengertain belajar dan jenis-jenis belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam belajar, tujuan pembelajaran bahasa Arab dan problematika
dalam pembelajaran bahasa Arab.
Bagian ketiga mendiskripsikan metodologi penelitian, yang di
dalamnya dijelaskan jenis dan desain penelitian, data dan sumber data, lokasi
penelitian, fokus atau informan penelitian, teknik pengumpulan data, pengecekan
keaslian data, dan teknik analisis data.
Bagian keempat adalah pembahasan hasil penelitian. Pada bagian ini
mengidentifikasi kendala-kendala yang muncul dalam pembelajaran bahasa Arab
berikut solusi pemecahannya.
Bagian kelima merupakan penutup, yang memuat kesimpulan hasil
penelitian dan saran serta implikasi penelitian.
[1] Acep Hermawan,
Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Cet. I; Bandung: PT Rosdakarya Offset,
2011), h. 9
[3]. Azhar Arsyad.
Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. (Cet. I; Jakarta : Pustaka
Pelajar, 2003), h. 1
[4] Muhammad irfan
Hasanuddin, Metologi Pembelajaran
Bahasa Arab (On Going Research), (Palopo: Lembaga Penerbitan STAIN (LPS) STAIN
Palopo, 2010), h. 4.
[5] Mardi Takwim,
wawancara pada tanggal 25 September 2013.
[6]
لمنجد فى اللغة, كلمة "عقب" باب العين, الطبعة السادسة والعشرون.
ص 518
[7] Tim Penyusun
Kamus Departemen Pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa indonesia,
(cet. IV, Edisi III; Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 896.
[8].المنجد فى اللغة, كلمة "علم" باب
العين, الطبعة السادسة والعشرون. ص 526
[10] محمود أحمدالسيد, اللغة تدريساواكتسابا, الطبعة الأولى : الرياض: دار
الفيصل الثقافية 1409 ه, ص 11.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Penelitian Terdahulu yang relevan
Telaah pustaka merupakan salah satu
usaha untuk menjelaskan di mana posisi penelitian yang sedang dilaksanakan di
antara hasil-hasil penelitian atau buku-buku terdahulu yang bertopik senada
yang bertujuan untuk menegaskan kebaruan, orisinalitas, dan urgensi penelitian
bagi pengembangan keilmuan terkait. Penelitian yang mengambil objek
problematika pembelajaran bahasa Arab sudah cukup banyak dilakukan oleh
mahasiswa STAIN Palopo. Untuk lebih jelasnya penelitian yang dilakukan para
peneliti tersebut di atas sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Fauzi Rais dengan judul
“Problematika pengajaran bahasa Arab
di Madrasah Tsanawiyah Lara I Tahun Akademik 2004/2005”.
Penelitian fokus mengkaji tentang problematika yang dihadapi guru dan siswa
dalam pengajaran bahasa Arab.
2. Saudara Muhammad Arfah Syarifuddin yang mengangkat judul “Kendala-kendala Pengajaran Bahasa Arab Dengan Telaah Kritis Psikologi Pendidikan di STAIN Palopo Tahun Akademik 2005/2006”. Penelitian ini juga lebih fokus pada kendala-kendala yang dihadapi mahasiswa secara psikisnya saja dalam pengajaran bahasa.
3. Siti Aisyah dengan judul “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab Di MAN Palopo Tahun Akademik 2010/2011”. penelitian ini juga tak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian yang disebutkan sebelumnya yaitu fokus mengkaji tentang problematika yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Arab, sedangkan peneliti sendiri lebih fokus mengkaji tentang problematika yang dihadapi mahasiswa dalam pembelajaran bahasa Arab.
2. Saudara Muhammad Arfah Syarifuddin yang mengangkat judul “Kendala-kendala Pengajaran Bahasa Arab Dengan Telaah Kritis Psikologi Pendidikan di STAIN Palopo Tahun Akademik 2005/2006”. Penelitian ini juga lebih fokus pada kendala-kendala yang dihadapi mahasiswa secara psikisnya saja dalam pengajaran bahasa.
3. Siti Aisyah dengan judul “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab Di MAN Palopo Tahun Akademik 2010/2011”. penelitian ini juga tak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian yang disebutkan sebelumnya yaitu fokus mengkaji tentang problematika yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Arab, sedangkan peneliti sendiri lebih fokus mengkaji tentang problematika yang dihadapi mahasiswa dalam pembelajaran bahasa Arab.
Melihat dari beberapa penelitian
tersebut di atas dan beberapa penelitian yang pernah dilakukan di STAIN Palopo
nampaklah bahwa sudah ada yang meneliti tentang problematika pengajaran bahasa
Arab di STAIN Palopo, namun peneliti yang terdahulu lebih memfokuskan kepada
masalah-masalah yang berkaitan dengan psikologis mahasiswa tersebut.
Kesimpulan dari semua karya ilmiyah (skripsi) yang berjudul
Problematika pengajara bahasa Arab yang ditulis oleh beberapa peneliti tersebut
di atas, menjelaskan bahwa yang menjadi faktor-faktor penghambat tercapainya
kecakapan berbahasa Arab ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1.
Faktor intern
Diantara faktor-faktor intern yang mempengaruhi keberhasilan dalam
belajar bahasa Arab adalah: faktor minat,
faktor kesiapan mental, dan faktor kesehatan. dan untuk mengatasi
problem tersebut ada beberapa tips yaitu:
a.
Mengidentifikasi murid yang mempunyai kendala psikologis dan
kesulitan belajar bahasa Arab.
b.
Mengadakan bimbingan khusus, metode baca tulis alqur’an di luar jam
sekolah.
c.
Mengintensifkan program silaturrahmi antara guru, murid dan orang
tua murid.
d.
Mengadakan pelatihan-pelatihan mental dan spritual secara berkala
bagi murid, seperti latihan dasar kepemimpinan, pesantren kilat atau
kajian-kajian keislaman.
e.
Mengadakan penyuluhan kesehatan setiap tiga bulan sekali,
bekerjasama dengan dokter atau puskesmas setempat.
f.
Mengadakan baksos mingguan atau jum’at bersih.
2.
Faktor ekstern
Diantara faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi keberhasilan dalam
belajar bahasa Arab adalah sebagai berikut: faktor metode mengajar, faktor
interaksi dalam PBM, faktor keluarga dan masyarakat, dan faktor figuritas
kepribadian seorang dosen.
Solusi untuk mengatasi problem-problem tersebut adalah:
a.
Merekrut dan mempersiapkan dosen yang berkompeten dalam bidang
bahasa Arab
b.
Mengirim atau mengutus guru bahasa arab untuk mengikuti diklat,
seminar atau pelatihan-pelatihan yang relevan dengan peningkatan kemampuan
dalam pengajaran bahasa Arab.
c.
Mengadakan evaluasi bulanan tentang pengaruh metode yaang
diterapkan dalam pengajaran bahasa arab pada minat dan respon murid.
d.
Melengkapi perpustakaan dan memperbanyak buku-buku refrensi
terutama menyangkut tentang metode-metode inovatif pengajaran bahasa asing.
e.
Mengadakan fasilitas laboratorium bahasa arab
f.
Membersihkan dan menertibkan lingkungan belajar serta memberikan
hiasan-hiasan di ruang belajar sebagai pemicu gairah belajar
g.
Memberikan sanksi tegas kepada murid yang sering meninggalkan
proses belajar dan tidak mengikuti tata tertib sekolah.
h.
Menjunjung tinggi prinsip ketauladanan.
B.
Pengertian Belajar dan Jenis Belajar
1.
Pengertian belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa “belajar”
berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada
orang supaya diketahui (dituruti). Kemudian kata dasar tersebut mendapat
imbuhan menjadi “belajar” yang berarti berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu; bisa juga berarti berlatih, atau berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman.[1]
Para paedagog dan psikolog berpendapat bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan perilaku. Perilaku disini mengundang arti yang sangat luas, meliputi pengetahuan
kemampuan berpikir, skill atau keterampilan, penghargaan terhadap sesuatu
sikap, minat dan semacamnya. Tidak semua perilaku merupakan hasil belajar,
karena sebagian diakibatkan oleh proses perkembagan dan pertumbuhan, seperti
anatara lain kematangan. Karena belajar merupakan suatu proses, ia membutuhkan
waktu serta usaha; dan usaha itu memerlukan waktu, cara dan metode.[2]
Teori modern lebih memperluas pengertian belajar itu, yang
mempunyai lima buah sifat atau karakteristik sebagai berikut:
a.
Belajar terjadi dalam situasi yang berarti secara individual.
b.
Motivasi sebagai gaya penggerak.
c.
Hasil pelajaran adalah kebulatan pola tingkah laku.
d.
Pelajar menghadapi situasi secara pribadi.
e.
Belajar adalah mengalami.[3]
f.
Belajar merupakan suatu interaksi antara anak dan lingkungannya.
g.
Belajar bersifat integratif.belajar memerlukan kesiapan pada pihak
anak.[4]
Menurut Gagne, sebagaimana dikutip oleh Dimyati dan mujiono dalam
bukunya Belajar dan Pembelajaran, belajar dilukiskan sebagai berikut :
Belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses
kognitif siswa dengan stimulus dari lingkungan. Proses kognitif tersebut
menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi
verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.[5]
Dalam sumber lain, sebagaimana dikutip oleh Slameto, belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.[6]
Dari dua defenisi terakhir yang dikemukakan di atas tampak bahwa
belajar merupakan suatu proses perubahan yang berkesinambungan yang terjadi dan
dilakukan oleh seseorang. Perubahan-perubahan tersebut memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a.
Perubahan terjadi secara sadar
b.
Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional
c.
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
d.
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
e.
Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
f.
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.[7]
Dengan demikian belajar adalah suatu proses dinamis dan inovatif
dalam rangka memperbaiki unsur-unsur yang harus berubah dalam diri seseorang.
2.
Jenis-jenis Belajar
Dilihat dari tujuan dan hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar,
para ahli umumnya mengemukakan delapan jenis belajar sebagai berikut:
1)
Belajar Abstrak (Abstract learning)
Belajar abstrak pada dasarnya adalah belajar dengan menggunakan
cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah memperoleh pemahaman serta
pemecahan
yang tidak nyata.
2)
Belajar Keterampilan (Skill Learning)
Belajar keterampilan merupakan proses belajar yang bertujuan
memperoleh keterampilan tertentu dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik.
3)
Belajar Sosial (Social Learning)
Belajar sosial adalah belajar yang bertujuan memperoleh
keterampilan dan pemahaman terhadap masalah-masalah sosial, penyesuaian
terhadap nilai-nilai sosial dan sebagainya.
4)
Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar untuk
memperoleh keterampilan atau kemampuan memecahkan berbagai masalah secara logis
dan rasional. Tujuannya ialah memperoleh kemampuan atau kecakapan kognitif guna
memecahkan masalah secara tuntas.
5)
Belajar Rasional (Rational Learning)
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan
berpikir secara logis atau sesuai dengan akal sehat. Tujuannya ialah untuk
memperoleh beberapa kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.
6)
Belajar Kebiasaan (Habitual Learning)
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan yang telah
ada. Tujuannya agar individu memperoleh sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang
lebih tepat dal lebih positif, dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan
waktu atau bersifat kontekstual.
7)
Belajar Apresiasi (Appreciation Learning)
Belajar apresiasi pada dasarnya adalah belajar mempertimbangkan
nilai atau arti penting suatu objek. Tujuannnya agar individu memperoleh dan
mengembangkan kecakapan ranah ranah rasa (effective skills), dalam hal ini
kemampuan menghargai secara tepat, arti penting objek tertentu, misalnya
apresiasi sastra, apresiasi musik, dan apresiasi seni lukis.
8)
Belajar Pengetahuan (Study)
Belajar pengetahuan sebagai belajar untuk memperoleh sejumlah
pemahaman, pengertian, imformasi, dan sebagainya. Belajar ini juga merupakan
program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan
kegiatan investigasi atau penelitian dan eksperimen. Tujuannya agar individu
memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu,
yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya,
misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.[8]
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dalam
Proses Pembelajaran
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa belajar merupakan kegiatan
yang bersifat individual, dalam pengertian bahwa belajar membutuhkan
pengarahaan kemampuan secara total, baik secara fisik maupun psikis bagi setiap
pribadi yang belajar. Berkaitan dengan faktor-faktor fisik dan psikis dalam
proses belajar. Dari sekian banyak faktor yang berpengaruh itu, secara garis
besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor intern (dari dalam) diri peserta
didik dan faktor ekstern (dari luar) diri peserta didik.
1. Faktor Intern
Kehadiran faktor-faktor psikologis dalam belajar akan memberikan
andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan
landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.
Sebaliknya, tanpa kehadiran faktor-faktor psikologis, bisa jadi memperlambat
proses belajar, bahkan dapat pula menambah kesulitan dalam mengajar.[9]
Faktor-faktor psikologis yang memiliki peraanan penting itu, dapat
dipandang sebagai cara-cara berfungsinya pikiran peserta didik dalam hubungannya
dengan pemahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan yang
disajikan lebih mudah dan efektif. Dengan demikian, proses belajar-mengajar itu
akan berhasil baik, kalau didukung oleh faktor-faktor psikologis dari peserta
didik. Berkaitan dengan faktor psikologis tersebut, maka ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam belajar sebagai bagian yang sangat menentukan
keberhasilan seseorang dalam melakukan kegiatan belajar. Hal tersebut antara
lain sebagai berikut:
1)
Intelegensi atau kecerdasan
Intelegensia artinya daya reaksi atau penyesuaian yang cepat dan
tepat, baik antara fisik maupun mental terhadap pengalaman baru, membuat
pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk dipakai apabila
dihadapkan pada fakta atau kondisi baru.[10]
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyusuaikan ke dalam situasi yang baru dengan
cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak
secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.[11]
Pada dasarnya manusia itu berbeda satu sama lain. Salah satu
perbedaan itu adalah dalam hal kemampuan atau intelegensi. Kenyataan
menunjukkan, ada orang yang dikaruniai kemampuan tinggi, sehingga mudah
mempelajari sesuatu. Dan sebaliknya, ada orang yang kemampuannya kurang,
sehingga mengalami kesulitan untuk mempelajari sesuatu.[12]
Oleh karena itu intelegensia atau kecerdasan sangat mempengaruhi keberhasilan
seseorang dalam kegiatan belajar.
2)
Perhatian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perhatian artinya melihat,
mengamati sesuatu yang disenanginya atau yang diminatinya.[13]
Perhatian sangat mempengaruhi kemajuan belajar anak; sebab dengan
tidak adanya perhatian terhadap pelajaran, maka anak tidak akan suka belajar.
Berarti perhatian akan dapat menjadi pendukung keberhasilan anak dalam belajar,
jika anak tersebut penuh perhatian terhadap pelajarannya. Dan sebaliknya
perhatian akan menjadi penghambat dalam keberhasilan belajar anak jika tidak
adanya perhatian anak terhadap pelajarannya.
3)
Minat
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, minat artinya kecenderungan
hati yang tinggi terhadap sesuatu.[14]
Minat adalah kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak
terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut
dengan disertai perasaan senang. Dalam batasan tersebut terkandung suatu
pengertian bahwa di dalam minat ada pemusatan perhatian subjek, ada usaha
(untuk: mendekati, mengetahui, memiliki, menguasai, dan berhubungan) dari
subyek yang dilakukan dengan perasaan senang, ada daya penarik dari objek.[15]
Jadi, minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan
bahwa seorang yang belajar (peserta didik) lebih menyukai suatu hal daripada
hal lainnya, dapat pula dimanisfestasikan melalui partisipasi dalam suatu
aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.
4)
Bakat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bakat artinya dasar
(kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa sejak lahir.[16]
Bakat adalah merupakan suatu potensi atau kemampuan khusus yang
bersifat menonjol yang dimiliki seseorang. Dengan melalui pendidikan atau
latihan-latihan tertentu bakat tersebut akan dapat berkembang dan
diaktualisasikan menjadi satu kemampuan atau kecakapan yang nyata.[17]
Jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jikan bahkan pelajaran yang
dipelajari seorang yang belajar (peserta didik) sesuai dengan bakatnya, maka
hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya
ia lebih giat dalam belajarnya itu. Penting bagi guru / dosen dan orang tua
untuk mengetahui bakat seorang anak (peserta didik) dan menempatkannya belajar
di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.
5)
Motivasi dan Kebutuhan
Motivasi artinya
dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Juga bisa berarti usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu
karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasaan dari
perbuatannya.[18]
Motivasi menurut
M. Utsman Najati, sebagaimana dikutip oleh Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul
Wahab adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk
hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan
tertentu. Motivasi memiliki tiga komponen pokok, yaitu a). Menggerakkan b).
Mengarahkan c). Menopang.[19]
Sehubungan dengan
kebutuhan hidup manusia yang mendasari timbulnya motivasi, Maslow mengungkapkan
bahwa kebutuhan dasar hidup manusia itu terbagi atas lima tingkatan, yaitu
kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan
harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.[20]
Dalam belajar
hendaknya peserta didik mempunyai motivasi belajar yang kuat. Hal ini akan
memperbesar kegiatan dan usahanya untuk mencapai prestasi yang tinggi. Bila
motivasi tersebut makin berkurang, maka berkurang pulalah usaha dan kegiatan
serta kemungkinannya untuk mencapai prestasi yang tinggi.
6)
Persepsi
Persepsi artinya tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau
proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya.[21]
Persepsi adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan
data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa
sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita
sendiri. Juga diartikan persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan,
mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsang. Dalam
proses pengelompokan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi
berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek.[22]
Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan
lingkungannya. Hubungan ini dilakukan melalui inderanya, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, peraba, dan pencium.[23]
7)
Konsep diri dan aspirasi
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang
menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi
pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh
terhadap orang lain. Disini konsep diri yang dimaksud adalah bayangan seseorang
tentang keadaan dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari
dirinya sendiri sebagaimana yang diharapkan atau yang disukai oleh individu
bersangkutan. Konsep diri berkembang dari pengalaman seseorang tentang berbagai
hal mengenai dirinya sejak ia kecil, terutama yang berkaitan dengan perlakuan
orang lain terhadap dirinya.[24]
Menurut G. H. Mead yang dikutip oleh slameto, menyebutkan konsep
diri sebagai suatu produk sosial yang dibentuk melalui proses internalisasi dan
organisasi pengalaman-pengalaman psikologis. Pengalaman-pengalaman psikologis
ini merupakan hasil eksplorasi individu terhadap lingkungan fisiknya dan
refleksi dari “dirinya sendiri” yang diterima dari orang-orang yang berpengaruh
pada dirinya, biasanya orang tua, guru, dan teman-temannya.[25]
Sedangkan aspirasi artinya harapan atau tujuan untuk keberhasilan
pada masa yang akan datang.[26]
Aspirasi merupakan harapan atau keinginan seseoran akan suatu
keberhasilan atau prestasi tertentu. Aspirasi mengerahkan dan mengarahkan
aktivitas seseorang untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.[27]
Dengan adanya aspirasi tertentu seseorang akan mencoba melakukan
suatu usaha ke arah itu.
8)
Sikap
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,sikap artinya perbuatan dan
sebagainya yang berdasarkan pada pendirin, keyakinan.[28]
Trow mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau
emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Disini Trow
lebih menekankan pada kesiapan mental atau emosional seseorang terhadap suatu
objek. Sementara itu Allport yang dikutip Gable mengemukakan bahwa sikap adalah
sesuatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan
memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau
situasi yang berhubungan dengan objek itu.[29]
Definisi sikap menurut Allpot ini menunjukkan bahwa sikap itu tidak
muncul seketika atau dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk melalui
pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respons seseorang.
Berdasarkan definisi tersebut di atas, sikap mengandung tiga unsur
komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku.
Sikap selalu berkenan dengan suatu objek, dan sikap terhadap objek ini disertai
dengan perasaan positif atau negatif. Orang mempunyai sikap positif terhadap
suatu objek yang bernilai dalam pandangannya, dan ia akan bersikap negatif
terhadap objek yang dianggapnya tidak bernilai dan atau juga merugikan. Sikap
ini kemudian mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan yang satu sama
lainnya berhubungan. Hal yang menjadi objek sikap bermacam-macam. Sekalipun
demikian, orang hanya dapat mempunyai sikap terhadap hal-hal yang diketahuinya.
Jadi harus ada sekadar informasi pada seseorang untuk dapat bersikap terhadap
suatu objek. Informasi merupakan kondisi pertama untuk suatu sikap. Bila
berdasarkan informasi itu timbul perasaan positif atau negatif terhadap objek
ddan menimbulkan kecenderungan untuk bertingkah laku tertentu, terjadilah
sikap. Demikian beberapa faktor yang bersifat psikologis yang berpengaruh
terhadap peserta didik, termasuk mahasiswa, secara langsung terhadap situasi
dan keberhasilan dalam proses pembelajaran.
2. Faktor Ekstern
Faktor eksternal adalah seluruh faktor yang mendukung
proses belajar di luar motif idealis. Dalam faktor ini penulis akan membahas
tiga macam yaitu:
1). Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud disini
adalah lingkungan pendidikan sosial anak didik yang meliputi:
a) Keluarga
Keluarga adalah unit/satuan masyarakat yang terkecil
yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Keluarga biasanya terdiri dari
suami, istri, dan juga anak-anak yang selalu menjaga rasa aman dan ketentraman
ketika menghadapi segala suka duka hidup dalam eratnya arti ikatan luhur hidup
bersama.[30]
Secara umum, bagi seorang anak
didik, keluarga merupakan tempat awal dan paling utama guna mendapatkan
pendidikan luar sekolah. Di dalam keluarga inilah seorang anak didik mulai
mengenal hidupnya. Hal ini harus disadari dan diinsyafi oleh tiap-tiap
keluarga, bahwa anak berada dalam keluararga dengan segala proses hingga dapat
melepaskan diri dari ikatan keluarga.
Keluarga sebagai tempat pencetak
pengalaman paling awal bagi anak maka keluarga jangan sampai meninggalkan
dasar-dasar pendidikan yang baik, sebab kemajuan perkembangan anak didik lebih
menguntungkan bagi yang hidup dalam keluarga serta lingkungan yang baik.
Dalam pendidikan atau belajar
bahasa Arab, keluarga di Indonesia yang pada umumnya beragama Islam tidak
berkomunikasi menggunakan bahasa Arab. Dari sisi ini keluarga belum bisa
efektif dalam memahami bahasa arab akan tetapi sudah bisa sedikit mengenalkan
tentang bahasa Arab melalui bahasa ibadah yang yang diajarkan orang tua kepada
anak.
b) Masyarakat
Manusia merupakan makhluk yang
memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di
sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya. Manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola
interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu
masyarakat.[31]
Marsyarakat merupakan sekumpulan
orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama,
memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan kesatuannya dan dapat bertindak
bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya.
Dalam dunia pendidikan,
masyarakat berperan membangun karakteristik seorang siswa atau mempengaruhi
pendidikan dengan cita-citanya. Tugas masyarakat di dalam pendidikan ialah
membiayai sekolah/pendidikan. Masyarakat memiliki tujuan tertentu: ialah agar
anak didik yang muda- muda kelak dapat membantu kepada masyarakat dan mengabdi
kepada negara.
Anak didik suatu Madrasah atau
yang sedang mempelajari bahasa Arab sangat beruntung ketika hidup dalam
lingkungan masyarakat yang peradaban islamnya tinggi, sebab sudah secara
langsung ia belajar atau memiliki bekal ilmu dari lingkungan masyarakat. Bahasa
Arab memang tidak dipakai sebagai bahasa komunikasi pada lingkungan tersebut
akan tetapi ada pengenalan melalui bacaan do’a maupun pengajian yang isi
bahasannya bersumber dari bahasa Arab.
c) Sekolah
Sekolah merupakan sarana yang sengaja dirancang untuk
melaksanakan pendidikan, semakin maju suatu masyarakat, semakin penting peranan
sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk kedalam proses
pembangunan masyarakat itu.
Dalam runtutan pendidikan, sekolah sebagai tempat
pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga selain itu juga anak didik perlu
menganggap sekolah sebagai keluarga kedua. Maka sebagian dari kehidupan sekolah
adalah ekstensi dari kehidupan keluarga, sehingga sekolah perlu mencerminkan hal
tersebut pada masyarakat dengan harapan kehidupan keluarga bisa sejalan dengan
masyarakat patembayan (gemeinschaft).[32]
2). Guru
Guru sangat menentukan
karakteristik siswa atau anak didik sekaligus sebagai seorang yang berjasa
besar terhadap masyarakat dan negara. Secara garis besar, guru merupakan orang
dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan
membimbing peserta didik.
Guru adalah orang yang memiliki
kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas
agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat
kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.
Dilihat dari faktor eksternal siswa, secara langsung guru sangat menentukan
keberhasilan siswa dalam memahami suatu pembelajaran. Maka dari itu guru harus betul-betul dapat memberi solusi dalam
belajar siswa. Profesi guru sangat memerlukan suatu keahlian khusus dan tidak
bisa dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang pendidikan.
Agar dapat melaksanakan tugasnya
secara profesional, guru perlu mengetahui beberapa prinsip mengajar yaitu:
a. Dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang
disampaikan dan dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang
bervariasi.
b. Mampu membangkitkan minat peseta didik untuk aktif dalam berfikir serta
mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
c. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran
dan memberikannya sesuai kemampuan peserta didik.
d. Guru mampu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan
yang telah diketahui oleh peserta didik (kegiatan apersepsi).
e. Mampu menjelaskan unit pelajaran berulang-ulang sehingga tanggapan peserta
didik semakin jelas.
f. Guru wajib memikirkan dan memperhatikan korelasi untuk kehidupan
sehari-hari.
g. Guru harus tetap menjaga konsentrasi peserta didik dengan cara memberi
kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengtamati atau meneliti dan menyimpulkan
pengetahuan yang didapatkannya.
h. Mampu mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik
dalam kelas maupun luar kelas.
i.
Guru harus menyelidiki dan
mendalami perbedaan peserta agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaan tersebut.[33]
Dalam kegiatan belajar, guru
diharapkan peka terhadap situasi yang sedang dihadapi, baik dipengaruhi oleh
faktor guru sendiri, siswa, kurikulum, maupun lingkungan. Sebelum masuk pada
materi pelajaran guru harus menguasai bahan ajar yang akan disampaikan.
Bila guru sudah betul-betul
menguasai dan mentest kebenaran pelajaran, dan sudah memlih bahan yang sesuai
dengan tingkat kecerdasan murid, maka hendaklah guru menyusun dan membaginya
(mengelompokannya) dengan pembagian yang seksama sesuai dengan tempatnya.
3). Buku teks
Buku teks merupakan bahan/media
cetak (printed materialis). Media cetak bagian dari faktor eksternal
sebagai media pengajaran bukan hanya buku teks saja, bisa jadi terbitan berkala
maupun lembaran lepas.
Buku dalam proses kegiatan
belajar memang bukan faktor utama akan tetapi buku sangat mendukung lancarnya
proses belajar baik bagi siswa maupun guru. Fungsi buku bagi siswa dalam
pembelajaran hanya sebagai media untuk mempermudah tugas guru, bukan guru
karena buku tida bisa berperan sebagai guru.
Seorang siswa supaya lebih
mengenal terhadap materi yang baru dan lisan hendaklah datang dari guru,
sedangkan buku teks untuk dijadikan pelengkap.[34]
Menurut Arif
dalam bukunya Abdul Hadis Psikologi dalam Pendidikan disebutkan bahwa
masalah interaksi belajar mengajar merupakan masalah yang kompleks karena
melibatkan berbagai faktor yang saling terkait satu sama lain. Dari sekian
banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil interaksi belajar mengajar
terdapat dua faktor yang sangat menentukan yaitu faktor guru sebagai subjek
pembelajaran dan faktor peserta didik sebagai objek pembelajaran. Tanpa adanya
faktor guru dan peserta didik dengan berbagai potensi kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang dimiliki tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar
dikelas atau ditempat lain dapat berlangsung dengan baik.[35]
Namun
pengaruh berbagai faktor lain tidak boleh diabaikan, misalnya faktor media dan
instrument pembelajaran, fasilitas belajar, infrastruktur sekolah, fasilitas
laboratorium, manajemen sekolah, sistem pembelajaran dan evaluasi, kurikulum,
metode, dan strategi pembelajaran. Kesemua faktor-faktor tersebut dengan
pendekatan berkontribusi berarti dalam meningkatkan kualitas dan hasil
interaksi belajar mengajar di kelas dan tempat belajar lainnya. Berikut akan
dijelaskan pengaruh masing-masing faktor sebagai berikut:
a. Media dan
instrumen pembelajaran memiliki pengaruh dalam membantu guru mendemonstrasikan
bahan atau materi pelajaran kepada siswa sehingga menciptakan proses
belajar-mengajar yang efektif dengan kata lain media dipergunakan dengan tujuan
membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.
b. Fasilitas
belajar yang tersedia dalam jumlah memadai di suatu sekolah memiliki pengaruh
terhadap keberlangsungan proses belajar-mengajar. Tanpa ada fasilitas belajar
yang tersedia dalam jumlah yang memadai di sekolah, proses interaksi
belajar-mengajar kurang dapat berjalan secara maksimal dan optimal.
c. Metode
pengajaran memiliki peranan yang penting dalam memperlancar kegiatan belajar
mengajar artinya proses belajar mengajar yang baik hendaknya mempergunakan
berbagai jenis metode mengajar yang bervariasi. Dalam hal ini tugas guru adalah
memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar
yang efektif yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
d. Evaluasi
atau penilaian berfungsi untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran
dan untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan
guru. Tanpa adanya evaluasi guru tidak akan mengetahui hasil belajar yang
dicapai oleh siswa dan tidak bisa menilai tindakan mengajarnya serta tidak ada
tindakan untuk memperbaikinya.
D.
Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab
Syaikh
Mustafa Al Gulayani dalam bukunya bahasa Arab lengkap dengan terjemahannya
“Jamiuddurus Arobiyah” mendefinisikan bahasa Arab sebagai berikut : bahasa Arab
adalah kalimat yang dipergunakan bangsa Arab dalam mengutarakan maksud dan
tujuan. Jadi pembelajaran bahasa arab adalah salah satu mata pelajaran aktif
dan inti yang interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan guna
mencapai tujuan pembelajaran dalam proses membelajarkan peserta didik.[36]
Pembelajaran
adalah suatu upaya membelajarkan siswa untuk belajar yang mana guru bertindak
sebagai fasilitator untuk pembelajaran siswa. Dalam pembelajaran terjadi
interaksi antara guru dan siswa, disatu sisi guru melakukan sebuah aktivitas
yang membawa siswa kearah tujuan, lebih dari itu siswa dapat melakukan
serangkaian kegiatan yang telah direncanakan oleh guru yaitu kegiatan belajar
yang terarah pada tujuan yang ingin dicapai. Jadi pembelajaran bahasa arab
dapat didefinisikan suatu upaya membelajarkan siswa untuk memperoleh tujuan
yang ingin dicapai.[37]
Bila
dilihat dari aspek pengajarannya, bahasa Arab sebagai alat atau tujuan, pada
dasarnya ia berfungsi sebagai alat bantu untuk memahami ilmu-ilmu agama yang
ditulis dalam bahasa Arab. Tujuan bahasa Arab yang baik seyogyanya dapat
mengetahui dengan pasti tujuan yang hendak dicapai oleh pengajaran bahasa Arab
itu sendiri.
Adapun
tujuan pengajaran bahasa Arab menurut kurikulum pengajaran bahasa Arab, yang
dikutip oleh Irfan Hasanuddin dalam bukunya yang berjudul “Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab (On Going Research)” adalah:
Agar siswa
menguasai secara aktif dan pasif perbendaharaan kata-kata Arab sebanyak 2000
kata dan berbagai ragam pola dasar dalam bahasa Arab, sehingga dapat dipakai
sebagai alat komunikasi dan sebagai dasar memahami buku-buku agama yang
sederhana terutama Al-qur’an dan Hadits.[38]
Sedangkan menurut Rasyid thaimah dalam
tulisannya yang berjudul ta’limi al-lugah al-arabiyah ligoiri an-natiqin,
tujuan pengajaran bahasa Arab itu ada 2 yaitu:[39]
1. Tujuan utama
(umum)
Tujuan utama dari pendidikan bahasa
untuk pembicara non-Arab ada tiga, yaitu:
a. Siswa mampu mempraktekkan
bahasa Arab dengan cara yang dipraktekkan oleh orang-orang Arab, atau lebih
dekat dari itu. Dari empat
keterampilan berbahasa Ini berarti bahwa pengajaran bahasa Arab untuk Penutur non
Arab bertujuan untuk:
1) Pengembangan
kemampuan siswa untuk memahami bahasa Arab ketika mereka mendengarkannya.
2) Pengembangan
kemampuan siswa untuk memperbaiki pengucapan bahasa dan berbicara dengan
speaker yang baru-Arab dinyatakan dalam arti yang tepat dari kinerja.
3) Pengembangan
kemampuan siswa untuk membaca tulisan Arab dengan hati-hati dan memahami.
4) Pengembangan
kemampuan siswa untuk menulis dalam bahasa Arab akurasi dan kelancaran.
b.
Bahwa siswa tahu karakteristik
bahasa Arab dan apa yang membedakannya dari bahasa lain dalam hal suara,
kosakata, komposisi, dan konsep.
c. Bahwa siswa
belajar budaya dan akrab dengan karakteristik hak-hak Arab dan lingkungan di
mana mereka tinggal dan berurusan dengan masyarakat Arab.
Jelas, dari tiga tujuan utama bahwa
pendidikan bahasa untuk pembicara non-Arab bertujuan untuk menguasai penggunaan
bahasa Arab, dan pengetahuan tentang karakteristik mereka, dan belajar tentang
budaya mereka.
2. Tujuan
khusus
Tujuan khusus dimaksudkan Inilah
konsekuensi dari tujuan-tujuan kunci. Para ilmuwan telah mencoba untuk
memfasilitasi verifikasi tujuan utama pengajaran bahasa Arab untuk pembicara
non-Arab dapat dicapai melalui keterampilan pendidika. Menurut Rushdie Ahmed Taima, untuk menempatkan tujuan
pengajaran bahasa Arab untuk pembicara non-Arab adalah sebagai berikut:
أ. أهداف
مهارة الاستماع.
1. تعرف الأصوات العربية وتمييز ما
بينها من اختلافات ذات دلالة.
2. فهم ما يسمع من حديث باللغة
العربية وبإيقاع طبيعي في حدود المفردات التي تم تعلمها.
3. انتقاء ما ينبغي أن يستمع إليه.
4. التقاط الأفكار الرئيسة.
5. التمييز بين الأفكار الرئيسة
والأفكار الثانوية.
6. تعرف الحركات الطويلة والحركات
القصيرة والتمييز بينهما.
7. تعرف التشديد والتنوين وتمييزهما
صوتيا.
8. إدراك العلاقات بين الرموز الصوتية
والكتابية.
9. التمييز بين الحقائق والآراء من
خلال سياق المحادثة العادية.
10. متابعة الحديث وإدراك ما
بين جوانبه من علاقات.
11. معرفة تقاليد الاستماع
وآدابها.
12. التمييز بين الأصوات
المتجاورة في النطق والمتشابهة في الصورة.
13. إدراك أوجه التشابه والفروق
بين الأصوات العربية وأصوات لغة الدارس الأولي.
14. الاستماع إلى اللغة العربية
وفهمها دون أن يعوق ذلك قواعد تنظيم المعنى.
15. إدراك مدى ما في بعض جوانب
الحديث من تناقض.
16. إدراك التغييرات في المعنى
الناتجة عن تعديل أو تحويل في بنية الكلمة.
17. التكيف مع إيقاع المتحدث:
التقاط أفكار المسرعين في الحديث بسرعة والتمهل مع المبطئين فيه.
18. التقاط أوجه الشبه
والاختلاف بين الآراء.
19. تخيل الأحداث التي يتناولها
المتكلم في حديثه.
20. استخلاص النتائج من بين ما
سمع من مقدمات.
21. التمييز بين نغمة التأكيد
والتعبيرات ذات الصيغة الانفعالية.
22. استخدام السياق في فهم
الكلمات الجديدة.
23. إدراك ما يريد
المتحدث التعبير عنه من خلال النبر والتنغيم العادي.
ب. أهداف مهارة الكلام.
1. نطق الأصوات العربية نطقا صحيحا
2. التمييز عند النطق بين الأصوات
المتشابهة تمييزا واضحا.
3. التمييز عند النطق بين الحركات
القصيرة والطويلة.
4. تأدية أنواع النبر والتنغيم بطريقة
مقبولة عند متحدثي العربية.
5. نطق الأصوات المتجاورة نطقا صحيحا.
6. التعبير عن الأفكار باستخدام الصيغ
النحوية المناسبة.
7. استخدام التعبيرات المناسبة
للمواقف المختلفة.
8. استخدام عبارات المجاملة والتحية
استخداما سليما في ضوء الثقافة العربية.
9. استخدام النظام الصحيح لتراكيب
الكلمة العربية عند الكلام.
10. التعبير عن الحديث عند
توافر ثروة لغوية تمكن من الاختيار الدقيق للكلمة.
11. ترتيب الأفكار ترتيبا
منطقيا.
12. التعبير عن الأفكار بالقدر
المناسب من اللغة فلا هو بالطويل الممل، ولا هو بالقصير المخل.
13. التحدث بشكل متصل ومترابط
لفترات زمنية مقبولة مما يوطد الثقة بالنفس والقدرة على مواجهة الآخرين.
14. نطق الكلمات المنونة نطقا
صحيحا يميز التنوين عن غيره من الظواهر.
15. استخدام الإشارات
والإيماءات والحركات غير اللفظية استخداما معبرا عما يريد توصيله من أفكار.
16. التوقف في فترات مناسبة عند
الكلام، عند إعادة الأفكار أو توضيح شيئ منها، أو مراجعة صياغة بعض الألفاظ.
17. الاستجابة لما يدور من حديث
استجابة تلقائية.
18. التركيز عند الكلام على
المعنى وليس على الشكل اللغوي.
19. تغيير مجرى الحديث بكفاءة
عندما يتطلب الموقف ذلك.
20. حكاية الخبرات الشخصية
بطريقة جذابة ومناسبة.
21. إلقاء خطبة قصيرة مكتملة
العناصر.
22. إدارة مناقشة في موضوع معين
واستخلاص النتائج من بين آراء المشتركين.
23. إدارة حوار هاتفي مع أحد
الناطقين بالعربية.
ت. أهداف مهارة
القراءة.
1.
قراءة نص من اليمين إلى اليسار بشكل سهل ومريح.
2.
ربط الرموز الصوتية المكتوبة بسهولة ويسر.
3.
معرفة كلمات جديدة لمعنى واحد (مترادفات).
4.
معرفة معان جديدة لكلمة واحدة (المشترك اللفظي).
5.
تحليل النص المقروء إلى أجزاء ومعرفة ما بينها من علاقات.
6.
متابعة ما يشتمل عليه النص من الأفكار والاحتفاظ بها في الذهن فترة القراءة.
7.
استنتاج المعنى العام من النص المقروء.
8.
التمييز بين الأفكار الرئيسة والأفكار الثانوية في النص المقروء.
9.
إدراك تغييرات في المعنى في ضوء تغييرات في التراكيب.
10. اختيار التفصيلات التي تؤيد
أو تنقض رأيـًا ما.
11. تعرف معانى المفردات
الجديدة من السياق.
12. الوصول إلى المعاني
المتضمنة أو التي بين السطور.
13. تكييف معدل السرعة في
القراءة حسب الأغراض التي يقرأ من أجلها.
14. العناية بالمعنى في أثناء
القراءة السريعة وعدم التضحية به.
15. استخدام القواميس والمعاجم
ودوائر المعارف العربية.
16. التمييز بين الحقائق
والآراء في النص المقروء.
17. الدقة في الحركة الرجعية من
آخر السطر إلى أول السطر الذى يليه.
18. الكشف عن أوجه التشابه
والاقتران بين الحقائق المعروضة.
19. تصنيف الحقائق وتنظيمها
وتكوين رأي فيها.
20. تمثيل المعنى والسرعة
المناسبة عند القراءة الجهرية.
21. تلخيص الأفكار التي يشتمل
عليها النص تلخيصًا وافيًا.
22. دقة النطق وإخراج الحروف
إخراجًا صحيحًا مع مراعاة حركات الإعراب عند القراءة الجهرية.
23. استخدام المقدمة، والفهرس، والمحتويات،
والهوامش، والفصول، ورؤوس الفقرات، وإشارات الطباعة، والجداول، والرسوم البيانية،
وفهارس الأعلام والأمكنة، والقواميس التي توجد في آخر الكتب.
ث. أهداف مهارة
الكتابة:
1.
نقل الكلمات التي على السبورة أو في كراسة الخط نقلا صحيحًا.
2.
تعرف طريقة كتابة الحروف الهجائية في أشكالها ومواضعها المختلفة.
3.
تعود الكتابة من اليمين إلى اليسار بسهولة.
4.
كتابة الكلمات العربية بحروف منفصلة وحروف متصلة مع تمييز أشكال الحروف.
5.
وضوح الخط ورسم الحروف رسمًا لا يجعل للبس محلاً.
6.
الدقة في كتابة الكلمات ذات الحروف التي تنطق ولا تكتب، والتي تكتب ولا تنطق.
7.
مراعاة القواعد الإملائية الأساسية في الكتابة.
8.
مراعاة التناسق والنظام فيما يكتبه بالشكل الذى يضفي عليه مسحة من الجمال.
9.
إتقان الأنعواع المختلفة من الخط العربي.
10. مراعاة خصائص الكتابة
العربية مثل المد، والتنوين، والتشديد.
11. مراعاة علامات الترقيم عند
الكتابة.
12. تلخيص موضوع النص المقروء
تلخيصًا كتابيًا صحيحًا ومستوفيًا.
13. استيفاء العناصر الأساسية
عند كتابة الخطاب.
14. ترجمة الأفكار في فقرات
مستعملاً المفرادات والتراكيب المناسبة.
15. سرعة الكتابة وسلامتها.
16. صياغة برقية إلى صديق في
مناسبة معينة.
17. وصف منظر من مناظر الطبيعة
وصفًا دقيقًا وصحيحًا وبخط يٌقرأ.
18. كتابة طلب لشغل وظيفة
معينة.
19. كتابة تقرير مبسط حول مشكلة
أو قضية ما.
20. ملء البيانات المطلوبة في
بعض الاستمارات الحكومية.
21. الحساسية للمواقف
التي تقتضي كتابة رسالة مراعيًا في ذلك الأنماط الثقافية العربية.
22. مراعاة التناسب بين الحروف
طولاً واتساعًا وتناسق الكلمات في أوضاعها وأبعادها.
إلى جانب هذا التقسيم ثمة محاولة أخرى تقسم الأهداف
الفرعية لتعليم اللغة العربية للناطقين بغيرها إلى أهداف لغوية, وأهداف ثقافية،
وأهداف اتصالية، كما يلي:
أ. الأهداف
اللغوية:
1. قراءة القرآن الكريم والحديث
النبوي الشريف.
2. قراءة الكلمة العربية المطبوعة في
الكتب والصحف العربية.
3. إدراك جمال اللغة العربية وبلاغتها
من خلال تراثها الأدبي.
4. مواصلة الدراسة والتخصص في أحد
علوم اللغة.
5. الوصول إلى المستوى اللغوي الذى
يمكن من الالتحاق بالدراسات الجامعية.
6. القدرة على تدريس اللغة العربية
ونشرها.
7. التعرف على مجموعة من المعارف
والمعلومات حول اللغة العربية.
8. التحدث باللغة العربية مع
الأصدقاء.
9. الاستماع إلى برامج الإذاعة
العربية.
ب. الأهداف الاتصالية:
1. الاستماع بفهم لمتحدثي اللغة
العربية.
2. التحدث بالعربية في شؤون الحياة
المختلفة، والتفاعل مع أبناء العربية وثقافتهم.
3. الخطاب باللغة العربية داعيًا
وناشرًا للدين الإسلامي.
4. القراءة قراءة صحيحة وواعية
ومستوعبة.
5. الكتابة كتابة صحيحة إملائيا،
والتعبير عن الأفكار بلغة سليمة.
ت. الأهداف الثقافية:
1. فهم الدين الإسلامى،
أركانه، وعقائده، وعباداته، وتشريعاته.
2. فهم تفسير القرآن
الكريم.
3. فهم الحديث الشريف
وسيرة الرسول صلي الله عليه وسلم.
4. فهم التاريخ الإسلامي
والإلمام به.
5. حفظ ما تيسر من القرآن
الكريم.
6. الحصول على مجموعة من
المعلومات والمعارف عن الثقافة العربية.
7. الحصول على مجموعة من
المعلومات والمعارف حول الشعوب والأوطان العربية.
Sedangkan menurut thohir tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah
sebagai berikut:[40]
1. Orientasi religius, yaitu belajar bahasa Arab untuk
tujuan memahami dan memahamkan ajaran Islam (fahm al-maqru’). Orientasi ini
dapat berupa belajar keterampilan pasif (mendengar dan membaca), dan dapat pula
mempelajari keterampilan aktif (berbicara dan menulis).
2.
Orientasi akademis, yaitu belajar bahas Arab untuk tujuan memahami ilmu-ilmu
dan keterampilan bahasa Arab (istima’, kalam, qiro’ah, dan kitabah). Orientasi
ini cenderung menempatkan bahasa Arab sebagai disiplin ilmu atau obyek studi
yang harus dikuasai secara akademik. Orientasi ini biasanya identik dengan
studi bahasa Arab di Jurusan Pendidikan bahasa Arab, bahasa dan Sastra Arab,
atau pada program Pascasarjana dan lembaga ilmiah yang yang lainnya.
3.
Orientasi profesional praktis dan pragmatis, yaitu belajar bahasa Arab untuk
kepentingan profesi, praktis atau prakmatis, seperti mampu berkomunikasi lisan
(muhadatsah) dalam bahasa arab untuk bisa menjadi TKI, diplomat, turis, misi
dagan, atau untuk melanjutkan studi di salah satu negara Timur Tengah dsb.
4. Orintasi
idiologis dan ekonomis, yaitu belajar bahasa Arab untuk memahami dan
menggunakan bahasa Arab sebagai media bagi kepentingan orientalisme,
kapitalisme, imperialisme, dan sebagainya. Orientasi ini, antara lain, terlihat
dari dibukannya beberapa lembaga kursus bahasa Arab di negara-negara Barat.
5.
Intensifikasi dalam penerjemahan karya-karya berbahasa Arab, baik mengenai
keilmuan dan keislaman kedalam bahsa Indonesia dan atau sebaliknya. Profesi ini
cukuo menantang dan menjanjikan harapan, meskipun penerjemah belum mendapat
apresiasi yang sewajarnya. Menarik kita sebagai mahasiswa Pendidikan bahasa
Arab yang nantinya ingin konsentrasi penjurusannya dibidang penerjemahan, agar
bisa membantu memepercepat kemajuan peradaban Islam adalah adanya gerakan
penerjemahan besar-besaran, sperti pada masa Harun al-Rasyid (786-809M) dan
al-Ma’mun (786-833). Gerakan penerjemahan ini disosialisasikan dengan ditunjang
oleh adanya pusat riset dan pendidikan seperti Bait al-Hikmah (Wisma
Kebijaksanaan).
Oleh karena
itu, jelaslah bahwa tujuan pengajaran bahasa Arab bukan hanya penguasaan bahasa
Arab secara pasif, melainkan juga secara aktif untuk dapat digunakan sebagai
alat komunikasi serta dasar memahami hukum Islam yang terkandung dalam
al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber aslinya serta buku teks bahasa Arab.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam
mempelajari bahasa Arab adalah sebagai berikut:
1. Agar
peserta didik dapat memahami Al-Qur’an dan Hadits serta kitab-kitab lainnya
yang berbahasa Arab. Firman Allah dalam surat Yusuf Ayat 2 yang berbunyi: انا انزلنه قرانا عربيا لعلكم تعقلون
Terjemahya :
2. Untuk
dipergunakan sebagai alat atau sarana komunikasi
3. Untuk
digunakan sebagai alat untuk memahami ilmu-ilmu agama yang berbahasa Arab
seperti fiqih, Hadits, tafsir dan sebagainya
4. Untuk
melahirkan generasi ahli Arab yang profesional.
Untuk
mencapai tujuan tersebut di atas, maka peserta didik harus menguasai empat segi
keterampilan dalam pembelajaran bahasa Arab, yaitu keterampilan menyimak
(mendengarkan), keterampilan bercakap-cakap, keterampilan membaca, dan
keterampilan menulis.[42]
oleh karena
itu, agar peserta didik dapat menguasai keempat keterampilan dalam pembelajaran
bahasa Arab dan dapat mencapai tujuan pembelajaran bahasa Arab secara maksimal,
maka seorang pengajar bahasa Arab harus menguasai metode-metode dalam proses
pembelajaran. Metode pembelajaran bahasa Arab (Asing) bervariasi, mengharuskan
pengajar bahasa memilih metode yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik
peserta didik. Sebab tidak semua metode dapat digunakan untuk setiap situasi, masyarakat
dan pelajar. Bahkan adakalanya, satu metode dapat digunakan pada suatu tempat
sementara di tempat lain tidak tepat.
Metode
pengajaran yang dipakai dalam proses belajar mengajar bukanlah asal pakai.
Tetapi melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan. Di sinilah
kehadiran metode yang tepat menempati posisi penting dalam penyampaian bahan
pelajaran. Karena metode mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar, oleh
karena itu, efektifitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian
antar metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam
suatu pelajaran.[43]
Metode-metode
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
وسنغرض هنا أهم
أنواع طرق تدريس اللغة كلغة أكنبية أوثانية, وهي طرق تعددت بتعددواختلاف اتجاهات
ومداخل تدريس اللغات الأجنبية, ومن أهم هده الطرق هي طريقة القواعدوالترجمة, طريقة
المباشرة, طريقة القراءة, الطريقة السمعية و الشفهية, الطريقة التوليفية.[44]
E.
Problematika dalam
Pembelajaran Bahasa Arab
Problematika
adalah unit-unit dan pola-pola yang menunjukkan perbedaan struktur antar satu
bahasa dengan bahasa yang lain. Problema dalam pembelajaran bahasa Arab
merupakan suatu faktor yang bisa menghalangi dan memperlambat pelaksanaan
proses belajar mengajar dalam bidang studi bahasa Arab. Problema tersebut
muncul dari kalangan pengajar (guru) dan peserta didik itu sendiri.
Problematika yang dimaksud ada dua yaitu problematika linguistik dan
non-linguistik.[45]
1.
Problematika Linguistik
Problematika
linguistik adalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses
pembelajaran yang diakibatkan oleh karakteristik bahasa Arab itu sendiri
sebagai bahasa Asing bagi anak-anak Indonesia. Problema yang datang dari
pengajar adalah kurangnya profesionalisme dalam mengajar dan keterbatasannya
komponen-komponen yang akan terlaksannya proses pembelajaran bahaa Arab baik
dari segi tujuan, bahan pelajaran (materi), kegiatan belajar mengajar, metode,
alat, sumber pelajaran, dan alat evaluasi.
Basyar dan Malibari juga menyebutkan yang termasuk problematika linguistik adalah sebagai berikut:
Basyar dan Malibari juga menyebutkan yang termasuk problematika linguistik adalah sebagai berikut:
a)
Tata Bunyi
Sebenarnya
pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung berabad-abad lamanya,
akan tetapi aspek tata bunyi sebagai dasar untuk mencapai kemahiran menyimak
dan berbicara kurang mendapat perhatian. Hal ini disebabkan karena pertama,
tujuan pembelajaran bahasa Arab hanya diarahkan agar pelajar mampu memahami
bahasa tulisan yang trdapat dalam buku-buku berbahasa Arab. Kedua, pengertian
hakekat bahasa lebih banyak didasarkan atas dasar metode gramatika-terjamahan.
Dengan sendirinya gambaran dan pengertian bahasa atas metode ini tidak lengkap
dan utuh, karena mengandung tekanan bahwa bahasa itu pada dasarnya adalah
ujaran. Memang perlu diketahui bahwa diberbagai pesantren, masjid, bahkan di
rumah-rumah dalam rangka mengajarkan Al-Qur’an telah diajarkan tata bunyi
bahasa yang disebut makharijul huruf dalam ilmu tajwid.
Akan tetapi
ilmu tersebut menitik beratkan perhatian hanya untuk kepentingan kemahiran
membaca Al-Qur’an, bukan untuk tujuan membina dan mengembangkan kemahiran
menggunakan bahasa Arab. Jadi selama ini tata bunyi kurang diperhatikan dalam
mempelajari bahasa Arab. Akibatnya seorang yang sudah lama mempelajari bahasa
Arab masih juga kurang baik dalam pengucapan kata-kata atau kurang cepat
memahami kata-kata yang diucapkan orang lain. Akibatnya seanjutnya masih
terdapat kesalahan menulis ketika pelaaran didiktekan baik pelajaran bahasa
Arab atau pelajaran-pelajaran lain yang bersangkut paut dengan Bahasa Arab.
b)
Kosa Kata
Faktor
menguntungkan bagi para pelajar bahasa Arab dan bagi guru bahasa Arab di
Indonesia adalah segi kosa kata atau perbendaharaan kata karena sudah banyak
sekali kata Arab yang masuk ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah. Namun
demikian, perpindahan kata-kata dari bahasa asing ke dalam bahasa siswa dapat
menimbulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pergeseran arti
1. Pergeseran arti
2.
Lafaznya
berubah dari bunyi aslinya tetapi artinya tetap
3.
Lafaznya
tetap, tetapi artinya berubah seperti “kalimat” yang bahasa indonesianya
susunan kata-kata, sedangkan arti dalam bahasa Arab adalah kata-kata.
c)
Tata Kalimat
Ilmu nahwu
bukanlah ilmu mempelajari i’rab yaitu perubahan akhir kata karena berubah
fungsi kata itu adalah kalimat, dan binaa’ yaitu tidak adanya prubahan akhir kata
meskipun kata itu berubah-ubah fungsi dalam kalimat. Ilmu nahwu adalah sintak
yakni ilmu menyusun kalimat, sehingga kaidah-kaidahnya mencakup hal-hal lain
disamping i’rab dan binaa’.
d)
Tulisan
Adapun
faktor yang mugkin menghambat pembelajaran bahasa arab ialah tulisan Arab yang
berbeda sama sekali dengan bahasa siswa (tulisan latin) . Oleh karena itu,
tidak mengherankan jika meskipun sudah duduk di perguruan tinggi seperti IAIN,
masih juga membuat kesalahan dalam menulis Arab baik mengenai pelajaran bahasa
maupun ayat-ayat Al-Quran dan Hadits, baik pada buku catatan ataupun dalam
karangan-karangan ilmiah.
2.
Problematika non-Linguistik
Sebagai
sosio-kultural bahasa Arab sudah tentu berbeda dengan sosio-kultural bangsa
Indonesia. Hal ini menimbulkan problem pula sehubungan dengan pembelajaran
bahasa Arab. Karena akibat perbedaan sosio-kultural tersebut, maka antara
bahasa Arab dan bahasa Indonesia terdapat perbedaan-perbedaan antara lain
ungkapan-ungkapan, istilah-istilah ataupun nama-nama benda. Problem yang mungkin
timbul adalah ungkapan-ungkapan, istilah-istilah, dan nama-nama benda yang
tidak terdapat dalam bahasa Indonesia tidak mudah dan cepat dipahami
pengertiannya oleh pelajar Indonesia yang belum mengenal sedikitpun segi
sosio-cultural bahasa Arab.[46]
Yang
termasuk dalam problematika non-linguistik adalah sebagai berikut:
1. Siswa,
yang meliputi ; Sikap, Motivasi, Minat [Interest], Furuq fardiyah, Orientasi dan
Cara pandang “Bahasa Arab sulit”.
2. Materi
& Kurikulum, yang meliputi; Alokasi waktu pembelajaran, Pemilihan materi
yang menarik, Kekurangan ketersediaan materi yang bervariasi, Kemampuan dalam
menyusun materi pembelajaran
3. Metode,
yang meliputi; Ketidaktauan guru tentang metode, Ketidaktepatan dalam memilih
metode, Metode yang ditawarkan guru tidak menarik, dan Terobosan dalam metode
pembelajaran
4. Media
& Sarana Prasarana, yang meliputi; Keterbatasan media yeng tersedia dan
Keterbatasan kemampuan sekolah dalam menyediakan media pembelajaran
5. Guru,
yang meliputi; Profesionalisme, Pencontohan, Kreativitas/ Inovasi, Kemampuan
memahami metode, Mencari alternatif metode, dan Penentuan Metode yang tepat
6.
Lingkungan (Kebahasan), yang meliputi; Kelas (more than 20) dan Ketidakadaan
lingkungan [berbahasa] yang memadai (kondusif).
7. Waktu Belajar
[1] Tim Penyusun
Kamus Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(cet. VI Edisi III; Jakarta : Balai Pustaka, 2007), h. 17.
[2] Burhanuddin
Salam, Cara Belajar yang Sukses di
Perguruan Tinggi, (Cet, I; Jakarta : Rineka Cipta, 2004), h. 3.
[3] Ibid., h. 7.
[4] Alex Sobur, Psikologi
Umum, (Cet, I; Bandung: Pustaka Setia, 2003), h.235-236.
[5] Dimyati dan
Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta,
2002), h. 11.
[6] Slameto, Belajar
dan Faktor-faktor yang Memepengaruhinya, (Cet. IV; Jakarta: Rineka Cipta
2003), h. 2.
[7] Ibid.,
h.3-4
[8] Ibid.,
h. 241-242.
[9] Sardiman, Interaksi
dan Motivasi Belajar-Mengajar, (cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), h. 39.
[10] Tim Penyusun
Kamus Departemen Pendidikan Nasional, op., cit.,h. 438.
[11] Slameto, Belajar
dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Cet. IV; Jakarta: RinekanCipta,
2003), h. 56
[12] Alex Sobur, op.,
cit.,h. 245
[13] Tim Penyusun
Kamus Departemen Pendidikan Nasional, op.,cit., h. 857
[14] Tim Penyusun
Kamus Departemen Pendidikan Nasional, op., cit., h. 744.
[15]Abdul Rahman
Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi
suatu Pengantar dalam Persepektif Islam, (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2004),
h. 262-263
[16] Tim Penyusun
Kamus Departemen Pendidikan Nasional, op., cit., h 93
[17] Abdul Rahman
Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, op., cit., h. 254.
[18] Tim Penyusun
Kamus Departemen Pendidikan Nasional, op., cit., h. 756.
[19] Abdul Rahman
Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi suatu Pengantar dalam Perspektif
Islam, (cet. I; Jakarta: Kencana, 2004), h. 132.
[20] Djali, Psikologi Pendidikan, (Cet. I;
Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 101-102.
[21] Tim Penyusun
Kamus Departemen Pendidikan Nasional,op., cit., h. 863.
[22] Abdul Rahman
Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, op., cit., h. 88-89.
[23] Slameto, op.,
cit., h. 102.
[24] Djaali, op.
cit., h. 129-130
[25] Slameto, op.
cit., h. 182
[26] Tim Penyusun
Kamus Departemen Pendidikan Nasional, op., cit., h. 72.
[27] Slameto, op.,cit.,
h. 182.
[28] Tim Penyusun
Kamus Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., h. 1063
[29] Djaali, op.cit., h. 114.
[37] Dimyati dan
Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, op.cit. h. 2-3
[38] Irfan
Hasanuddin, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (On Going Research),
(Palopo; Lembaga Penerbitan STAIN (LPS),2010), h. 5
[39] رشدي أحمد طعيمة، تعليم اللغة العربية لغير الناطقين
بها: مناهجه وأساليبه، منشورات المنظمة الإسلامية للتربية والعلوم
والثقافة-إسيسكو، الرباط، 1989م
[40]http//:
thohir.sunan-ampel.ac.id, Pembelajaran Bahasa arab bagi non Arab, (diakses
tanggal 26/09/2013)
[41]Departemen
Agama RI, Al- Qur’an dan terjemahnya, (Surabaya: CV Mahkota, 1990) h.
348
[42] Irfan Hasanuddin, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (On Going
Research), (Palopo; Lembaga Penerbitan STAIN (LPS),2010), h. 6
[43] Syamsu S, Strategi Pembelajaran Upaya MengefektifkanPembelajaran
Pendidikan Agama Islam, (Palopo;
Lembaga Penerbitan STAIN (LPS),2010), h. 95
[44] رشدى أحمد طعيمة , طرائق تدريس اللغة العربية لغير الناطقين بها,
منشورة المنظمة الاسلامية للتربية و العلوم و الثقافة , ايسيسكو : 1424 ه . ص 70
[45] Saidunfiddaroini, Mengidentifikasi
Problematika Pembelajaran Bahasa Arab. (http:/www.
Saidunfiddaroini.blogspot.com, 25/09/2013)
[46] Acep Hermawan,
Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, op., cit., h. 105